Liputan6.com, London- Warga Inggris sampai saat ini masih enggan untuk mengenakan masker meskipun pandemi Virus Corona COVID-19 belum berakhir di negara tersebut.
Hal itu masih dapat terlihat di pertokoan dan fasilitas kereta bawah tanah di London.
Advertisement
Di pekan yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengkonfirmasi "kemunculan bukti" penularan Virus Corona melalui udara (airborne). Maka dari itu, para ilmuwan senior mendesak warga Inggris untuk menggunakan masker sebagai upaya pencegahan penularan virus tersebut.
Inggris masih merupakan salah satu negara di dunia yang paling terkena dampak Corona COVID-19, dengan jumlah kematian yang hampir menembus 45.000, berada di urutan ketiga setelah Brasil dan AS.
Kepala akademi ilmu pengetahuan nasional Inggris, Venki Ramakrishnan, mengungkapkan bahwa "Inggris jauh terbelakang dari banyak negara dalam hal mengenakan masker".
Ramakrishnan juga mengklaim bahwa tidak mengenakan masker seharusnya dianggap sebagai tindakan anti-sosial seperti mengemudi saat tengah mabuk dan adanya "bukti yang berkembang bahwa memakai masker akan membantu melindungi orang lain, dan bahkan juga diri Anda sendiri."
Pernyataan dari Ramakrishnan itu pun juga menjadi ulasan penelitian ilmiah global tentang penggunaan masker yang diterbitkan oleh kelompok multi-disiplin yang diselenggarakan oleh Royal Society - Data Evaluation and Learning for Viral Epidemics (DELVE).
Laporan SET-C (Science in Emergencies Tasking COVID-19 group) dan British Academy berusaha menjelaskan faktor-faktor perilaku sosial yang tampaknya dapat mempengaruhi penggunaan masker, serta menunjukkan betapa pentingnya kebijakan pemerintah dan pesan yang mereka berikan.
Pada akhir bulan April, ditemukan ada sekitar 25 persen orang di Inggris yang mengenakan masker atau penutup wajah di tempat umum. Jumlah tersebut dinilai sangat rendah dibandingkan dengan Italia yang mampu mencapai hingga 83,4 persen dan 63,8 persen di Spanyol pada periode yang sama, demikian seperti dikutip dari CNN, Selasa (14/7/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Direktur Leverhulme Center for Demographic Science di Universitas Oxford dan penulis utama pada laporan SET-C, Melinda Mills, menjelaskan bahwa "Untuk memahami mengapa orang tidak memakai masker, penting untuk memeriksa faktor-faktor perilaku seperti pemahaman publik tentang masker dan cara pemakaiannya".
"Dapat dijelaskan bahwa itu bukan kesalahan publik untuk tidak memakai masker di Inggris. Sebaliknya, kebijakan yang konsisten dan pesan publik yang efektif sangat penting, yang bahkan berbeda di Inggris, Skotlandia dan Wales," jelas Mills.
Warga di negara-negara seperti Italia dan Spanyol, menurut Mills, dengan cepat mengadopsi budaya mengenakan masker selama periode Corona COVID-19 dipengaruhi oleh kebijakan pihak berwenang yang konsisten dan pedoman dalam tujuan penggunaan masker.
Contoh pun ia ambil dari dari Spanyol yang telah mencatat lebih dari 28.000 kematian akibat virus itu, yang secara hukum mengharuskan setiap orang yang berusia di atas enam tahun untuk mengenakan masker di dalam dan di luar ruangan di ruang publik ketika jarak minimum dua meter tidak dimungkinkan sejak 21 Mei.
Perdana Menteri Pedro Sanchez diketahui memerintahkan agar kebijakan itu tetap diberlakukan bahkan setelah status darurat di Spanyol berakhir pada 21 Juni.
Sementara sebuah studi baru di AS, menunjukkan bahwa salah satu pendorong utama kasus Virus Corona adalah dari "penyebar diam," atau yang disebut sebagai orang-orang yang asimptomatik atau tanpa gejala.
Laporan itu diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, yang menemukan bahwa mereka yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik atau presimptomatik) dapat bertanggung jawab atas setengah kasus.
Maka dari itu, laporan tersebut pun juga menyoroti bagaimana masker dapat berguna dalam mencegah penyebaran virus.
Seorang profesor Patologi dan Kedokteran Laboratorium Emeritus di University of Pennsylvania, Paul Edelstein, mengatakan "Kami telah mengidentifikasi bukti meyakinkan yang sudah berusia puluhan tahun dan tampaknya dilupakan, sejak saat masker bedah dibuat dari kain dan dapat digunakan kembali, menunjukkan bahwa mereka membantu mencegah penularan infeksi melalui udara. Sekarang bahkan ada beberapa bukti bahwa masker mungkin secara langsung bermanfaat bagi pemakainya".
Tak sampai disitu, Edlestein juga menjelaskan bahwa "Orang-orang yang tidak memiliki gejala juga bisa secara tidak sadar menghembuskan tetesan (droplets) yang membawa virus. Jika wajah mereka tertutup, sebagian besar tetesan itu akan ditangkap sebelum mereka dapat menulari ke orang lain. Mengenakan penutup wajah dapat membantu menyelamatkan nyawa dan mencegah penyakit."
Advertisement