Liputan6.com, Sikka - Memasuki masa new normal sejumlah perajin di Kabupaten Sikka, NTT seperti, galery art shop Rumah Singgah Flores mulai melakukan penjualan suvenir barang tradisional.
Sejak merebaknya wabah covid-19, aktivitas para pelaku Usaha Kecil dan Manengah (UKM) di wilayah ini lumpuh total. Selama pandemi, mereka enggan menjual produknya secara online, sebab harus mengeluarkan biaya tambahan lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Rumah Singgah Flores memang tak menampakkan kemewahan, tetapi kebersihan di galeri ini membuat pengunjung betah.
Pendiri Art Shop dan Rumah Singgah Floress, Sonya da Gama, mengatakan, saat masuk new normal, ia sudah menghubungi pelaku UKM untuk mempersiapkan produknya.
Sejak merebaknya pandemi, kata dia, hampir semua pelaku UKM di Sikka mengalami penurunan pembeli. Dampaknya, banyak dari mereka beralih ke pekerjaan lain untuk sekadar bertahan hidup.
Namun, ia masih bersyukur, karena produk madu asli yang dijualnya masih dibeli banyak orang yang ingin menjaga daya tahan tubuh. Madu hutan asli tersebut, dibeli dari warga sekitar. Madu itu kemudian dikemas lagi lalu dijual.
"Kita mulai bangkit dan menghidupkan lagi produk tradisional dan UKM," ujarnya kepada wartawan, Minggu (12/7/2020).
Menurut dia, saat ini, galerinya bekerjasama dengan 25 UKM yang ada di wilayah Kabupaten Sikka.
Kini, galerinya menjual produk UKM dari pelaku usaha di berbagai kabupaten di Pulau Flores seperti tenun, kopi, dan suvenir dari bahan tradisional.
"Kami sudah siapkan protap terkait kunjungan wisatawan ke tempat usaha seperti mempersiapkan masker, tempat cuci tangan, dan sabun," katanya.
Di galeri yang ia bangun pada 2012 ini, ia juga menyediakan kopi asli Flores yang diambil dari pelaku UKM yang ada di Flores dan Lembata. Selain itu, hasil kerajinan tenun ikat, tas sarung, baju sarung, dan suvenir lainnya juga di dipamerkan.
"Kita juga menyedikan paket tour and travel. Ke depannya, kita akan membuat pagelaran budaya," jelasnya.