Liputan6.com, Jakarta - Iran mengatakan penyelarasan peralatan pertahanan udara bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat penumpang Ukraina pada Januari lalu.
Mengutip BBC, Selasa (14/7/2020), dalam sebuah laporan yang dirilis pada hari Sabtu, Organisasi Penerbangan Sipil Iran (CAOI) menyebut telah terjadi "kesalahan manusia" alias "human error" dan komunikasi militer yang buruk.
Baca Juga
Advertisement
Seluruh penumpang yang berjumlah 176 orang di dalamnya tewas ketika pesawat milik Ukraina itu ditabrak oleh dua rudal, tak lama setelah tinggal landas di Teheran.
Iran awalnya membantah bertanggung jawab atas insiden itu.
Tetapi setelah para pejabat intelijen Barat mengatakan bukti menunjuk pada keterlibatan Iran, negara itu mengakui kesalahan, dengan mengatakan pihaknya salah mengira pesawat itu memiliki rudal jelajah. Presiden Iran Hassan Rouhani menggambarkannya sebagai "kesalahan tak termaafkan".
Penerbangan Ukraine International Airlines jatuh pada 8 Januari di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika.
Pertahanan udara Iran telah siaga tinggi pada saat itu. Beberapa jam sebelumnya, negara itu telah menembakkan rudal balistik ke dua pangkalan AS di Irak sebagai pembalasan atas pembunuhan jenderal top Iran Qasem Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Human Error
Versi lengkap dari laporan CAOI belum tersedia untuk umum, tetapi kutipannya telah diterbitkan oleh kantor berita negara, Fars.
Dalam temuannya, CAOI mengatakan pesawat penumpang bepergian dalam koridor penerbangan normal, tetapi unit pertahanan udara yang menargetkannya baru-baru ini bergerak dan gagal mengkalibrasi peralatannya dengan benar. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi pesawat sipil sebagai objek bermusuhan.
Laporan itu juga mengatakan baterai rudal itu tidak dapat berkomunikasi dengan pusat komando mereka, dan menembaki pesawat tanpa menerima persetujuan resmi.
"Jika masing-masing tidak muncul, pesawat tidak akan menjadi sasaran," CAOI menyimpulkan.
Bulan lalu, otoritas Iran mengatakan enam orang telah ditangkap atas insiden itu.
Iran telah berulang kali menunda merilis "kotak hitam" pesawat, yang menampung data dan komunikasi utama dari kokpit. Iran juga diharapkan mengirim kotak hitam ke Prancis untuk diperiksa pada 20 Juli, menurut kantor berita negara IRNA.
Ada banyak spekulasi tentang mengapa Iran tidak membersihkan area langit selama serangan itu. Rekaman audio baru-baru ini yang diperoleh oleh CBC News Kanada menunjukkan bahwa wilayah udara tetap terbuka untuk menghindari niat Iran untuk menyerang pangkalan udara AS di Irak.
Rekaman itu diduga merupakan percakapan antara keluarga salah satu korban kecelakaan dan Hassan Rezaeifar, yang pada saat itu memimpin penyelidikan Iran atas insiden tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Mohsen Baharvand pun menolak rekaman itu, dengan mengatakan itu tidak dapat digunakan sebagai bukti.
Advertisement