Liputan6.com, Jakarta - Maskapai nasional Garuda Indonesia berharap dana talangan senilai Rp 8,5 triliun dari pemerintah bisa segera cair di tahun ini. Kecepatan penyaluran pun penting untuk menjaga kelangsungan bisnis perseroan di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini kinerja industri penerbangan nasional tengah mengalami kondisi yang sulit akibat okupansi yang rendah. Dikarenakan masyarakat masih enggan bepergian karena menjaga diri dari penyebaran virus mematikan asal Wuhan.
Advertisement
"Dana talangan kita harapkan cair tahun ini. Mengingat Garuda membutuhkan dana likuiditas sebesar Rp 8,5 triliun untuk menjaga operasional perusahaan. Hal itu karena okupansi pun masih rendah akibat virus ini," ujarnya saat menggelar rapat kerja bersama Komisi VI DPR-RI di Komplek Parlemen, Selasa (14/7).
Bos Garuda Indonesia tersebut menjelaskan, dana talangan tersebut akan bermanfaat besar untuk membantu kelancaran arus kas perusahaan. Imbasnya kelangsungan bisnis maskapai plat merah tersebut tetap mengudara di tengah pandemi ini.
Namun, Irfan meminta bentuk dana talangan itu berupa Mandatory Convertible Bond (MCB). Hal ini untuk menjaga likuiditas dan solvibilitas Garuda Indonesia di 2020 hingga 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tenor 3 Tahun
Selain itu, MCB diusulkan dengan tenor tiga tahun untuk memberikan waktu dan kesempatan kepada manajemen yang baru di tunjuk pada 22 Januari 2020.
Sekaligus untuk memperbaiki fundamental revenue dan cost perusahaan. Sehingga maskapai menjadi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Terkait recovery, Garuda memprediksi setidaknya dibutuhkan waktu dua hingga lima tahun. Prediksi ini merujuk temuan oleh BCG terkait kajian dampak pandemi Covid-19 terhadap industri penerbangan.
"Berdasarkan hasil analisa di atas, manajemen saat ini memerlukan waktu yang memadai untuk fokus pada fase recovery. Sekaligus Memperbaiki fundamental Garuda," jelasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Belum Pulih, Penumpang Garuda Indonesia ke Bali hanya 20 Orang
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra membeberkan kondisi penerbangan sejak dilonggarkannya PSBB dan mulai dibukanya berbagai sektor bisnis untuk membangkitkan ekonomi secara perlahan di tengah pandemi.
Menurutnya, kinerja industri penerbangan belum mengalami perubahan siginifikan hingga kini. Orang-orang masih belum bepergian dan daerah-daerah terutama tujuan wisata masih membatasi pendatang untuk mencegah penularan virus.
Contohnya saja Bali. Irfan bilang, jika sebelumnya penerbangan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan frekuensi yang tinggi, maka sekarang, kondisinya berbeda.
"Kita punya penerbangan sebelum Corona ini sampai 16 kali sehari. Hari ini hanya satu (penerbangan) dan diisi hanya 15 sampai 20 orang saja," kata Dirut Garuda Indonesia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI, Selasa (7/7/2020).
Wajib Tes PCR
Pemerintah daerah tujuan wisata seperti Bali mewajibkan pendatang memiliki hasil tes PCR sebelum datang ke sana. Hal ini dinilai membuat orang-orang enggan bepergian.
Memang, saat ini penumpang pesawat didominasi oleh mereka yang punya kepentingan pergi, misalnya pekerjaan atau bisnis.
Advertisement