Liputan6.com, Jakarta - Ketua Klaster Industri Manufaktur yang juga sebagai Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno menyampaikan bahwa ada 17 shipyard atau galangan kapal yang siap melayani Pertamina.
Hal ini berkaitan dengan sinergi Pertamina dengan Perusahaan Galangan Kapal BUMN yang tergabung dalam KIM (Klaster Industri Manufaktur). Sinergi ini ditandai dengan ditekennya perjanjian potensi kerja sama dengan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) serta PT Industri Kapal Indonesia (Persero) pada hari ini, Selasa (14/7/2020).
Advertisement
“Nah sekarang dengan 17 galangan kapal, ini kita harapkan juga nanti di Sorong. Jadi semua 17 shipyard dari Sabang sampai dengan Sorong bisa melayani untuk Pertamina dan tentunya untuk BUMN lain,” kata Fajar Harry.
Dengan kerjasama ini, lanjut Harry, diharapkan mampu untuk merespons industri dalam negeri. Sehingga ia juga menyinggung penunjukan Krakatau Steel (KS) sebagai satu-satunya pemasok baja untuk pengadaan kapal ini.
“Jadi, kita berani tanda tangan dengan Pertamina setelah kita semua tanda tangan dengan KS,” ujar Harry.
Selain itu, Harry juga menyebutkan bahwa KS kini dapat memproduksi baja hingga 6 meter dari sebelumnya yang hanya 2 meter. Hal ini membuat proses penyambungan (las) di galangan kapal menjadi lebih minim. Sehingga bisa lebih efisien.
“Jadi sekarang hanya satu sumber untuk baja. Karena baja itu tadinya KS hanya bisa membuat 2 meter, sekarang melalui posko mereka sudah bisa buat yang 6 meter. Jadi untuk kapal-kapal besar, itu sudah bisa tidak terlalu banyak ngelas,” pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bangun dan Rawat Kapal, Pertamina Gandeng 3 BUMN
Sebelumnya, Pertamina Group menandatangani perjanjian potensi kerja sama dengan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) serta PT Industri Kapal Indonesia (Persero). Perjanjian kerja sama ini untuk pembangunan dan perawatan kapal.
Penandatangan dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dengan Direktur Utama PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Wahyu Suparyono, PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) Bambang Soendjaswono dan Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia (Persero) Edy Widarto di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Hadir dalam penandatanganan tersebut, Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin, Ketua Klaster Industri Manufaktur yang juga sebagai Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno, serta direksi BUMN lainnya.
Wakil Menteri BUMN I, Budi Gunadi Sadikin menyatakan, perjanjian ini merupakan implementasi sesuai arahan presiden untuk mengutamakan sinergi antar BUMN dalam rangka peningkatan TKDN untuk memastikan perkembangan ekonomi nasional terjadi di dalam negeri.
Menurut Budi, Pertamina dapat mengoptimalkan Perjanjian Potensi Kerja Sama ini agar harga dan kualitas yang diperoleh tetap sesuai, namun dapat mendorong perputaran ekonomi di dalam negeri. Budi berharap, di tengah Covid-19 ini, Pertamina maupun sesama BUMN lainnya dapat saling membantu sehingga kerja sama ke depan bisa lebih baik lagi.
“Kita ingin memastikan roda ekonomi berjalan, sehingga terjadi perputaran ekonomi di dalam negeri,” ujar Budi.
Advertisement
Komponen Dalam Negeri
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan bahwa Pertamina senantiasa memperhatikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap pengelolaan bisnis dan proyeknya. Perusahaan berupaya agar kontribusi nasional tetap optimal termasuk dalam pengadaan kapal milik Pertamina.
“Dalam 5 tahun ke depan, Pertamina akan melakukan pengadaan 48 kapal dan sebanyak 15 kapal akan dilakukan di dalam negeri. Inilah yang bisa dijadikan langkah awal untuk pengembangan galangan kapal dalam negeri sehingga bisa memperkuat bisnis dalam negeri,” ujar Nicke.
Nicke menuturkan kerjasama dengan BUMN Perkapalan ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktifitas Pertamina melalui ketepatan dan percepatan dalam penanganan pemeliharaan, perbaikan dan penggantian komponen kapal serta fasilitas pendukung lainnya.
“Nantinya akan lebih fleksibel sehingga bisa melakukan docking di lokasi terdekat. Hal ini juga akan menjadikan perawatan dan pemeliharaan kapal Pertamina lebih efisien,” imbuh Nicke.