Liputan6.com, Jakarta - Data merupakan senjata yang paling penting untuk melawan pandemi Virus Corona COVID-19. Keputusan harus sesuai data agar kasus COVID-19 tidak melonjak.
Dr. Deborah Birx, yang menjabat sebagai Koordinator Respons Virus Corona di Gedung Putih, sering menekankan pentingnya data dalam melawan dan mengambil kebijakan melawan pandemi.
Baca Juga
Advertisement
Di tengah pandemi, ada pula sejumlah pemimpin dunia yang mencoba memprediksi akhir pandemi corona. Sayangnya, prediksi mereka belum tentu sesuai dengan data.
Ada yang menyebut Virus Corona akan menghilang pada April, tetapi ternyata kembali meroket. Ada pula yang targetnya meleset lalu memberikan ramalan jilid 2.
Berikut tiga pemimpin dunia yang sempat memprediksi akhir Virus Corona COVID-19.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Donald Trump
Pada Februari lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memprediksi Virus Corona COVID-19 akan hilang pada April 2020. Ramalan itu ia ucapkan setelah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
"Sepertinya pada April, kau tahu secara teori jika lebih hangat, maka (virusnya) secara ajaib menghilang. Saya harap itu benar," ujar Presiden Trump.
Ramalan Presiden Trump yang terinspirasi dari Presiden Xi terbukti meleset. Secara nasional, kasus di AS memang sempat turun pada Mei lalu, kemudian kembali melonjak tinggi pada Juni.
Advertisement
2. Justin Trudeau
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sempat memprediksi situasi di Kanada akan mulai normal usai musim panas. Pernyataan ini dibuat Trudeau pada April 2020.
"Puncak di awal, kurva teratas, kemungkinan di ujung musim semi, dengan akhir gelombang pertama pada musim panas," ujar Justin Trudeau seperti dilansir Global News.
Ramalan Justin Trudeau tidak bersifat final. Ia mengingatkan ada kemungkinan penyebaran-penyebaran dengan skala lebih kecil pada bulan-bulan sesudahnya.
Jika melihat grafik Our World in Data, ramalan Justin Trudeau tepat. Kasus di Kanada sudah turun dari puncaknya sejak Mei lalu.
3. Joko Widodo
Indonesia sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru di tengah kasus COVID-19 yang masih terus menanjak tiap harinya. Saat ini, total kasus di dalam negeri sudah mencapai 76 ribu.
Bukti data tidak selaras dengan sasaran Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu. Ia sempat menyebut kasus akan memuncak pada Mei 2020.
"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai dengan target yang kita berikan yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk posisi sedang di Juni, di Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apapun," kata Jokowi saat memimpin sidang kabinet paripurna pada Mei lalu.
Kini, Presiden Jokowi memberi prediksi baru. Ia yakin bahwa kasus COVID-19 bisa turun pada Agustus 2020.
"Kalau melihat angka-angka memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu, ya bisa angkanya berbeda," ujar Jokowi.
Baca juga: Tingkat Kematian di Indonesia Akibat Corona COVID-19 Nomor 3 di Asia-Pasifik
Advertisement