Bukit Asam Prediksi Laba Bersih Anjlok Hingga 50 Persen

Selain permintaan batubara yang menurun, harga batubara yang anjlok juga membuat keuangan Bukit Asam tertekan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jul 2020, 20:43 WIB
Bukit Asam

Liputan6.com, Jakarta Penurunan permintaan batubara akibat pandemi virus corona baru (Covid-19) berimbas pada kinerja keuangan PT Bukit Asam. Perusahaan tersebut pun memprediksi penurunan laba bersih 2020 mencapai 50 persen.

Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie mengatakan, pandemi Covid-19 membawa dampak pada perlamabatan perekonomian, hal ini berujung pada menurunya permintaan batubara dari pasar.

"Pasar potensial paling besar kan india itu terdampak Covid cukup parah sehingga beberapa pelabuhan di lockdown dan itu sempat mengganggu juga pasar kita," kata Appllonius, di Jakarta, Selasa (14/7/2020).

kondisi ini berpengaruh pada kinerja perusahaan, manajemen memprediksi penurunan perolehan pendapatan usaha sebesar lebih rendah 25 persen dibandingkan tahun 2019sebesar Rp 21,8 triliun.

Selain itu juga perolehan laba bersih diprediksi turun sekitar 25 persen hingga 50 persen dibandingkan dengan perolehan laba bersih 2019 sebesar Rp 4,1 triliun.

Selain permintaan batubara yang menurun, harga batubara yang anjlok juga membuat keuangan Bukit Asam tertekan. Pasalnya, harga yang ditetapkan saat itu jauh dari prediksi dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

Berdasarkan Indeks Newcastle rata-rata, pada Mei 2020 mengalami penurunan 37 persen dibanding Mei 2019 dan 28 persen dibawah RKAP awal sebesar USD 73,5 per ton dan 11 persen di bawah rata-rata RKAP-P yang ditetapkan sebesar USD 59,2 per ton.

"Adanya penyebaran Covid-19 di seluruh belahan dunia menjadi penyebab utama penurunan harga batu bara dunia saat ini," jelas Apollonius.

Bukit Asam telah melakukan skenario kondisi tersulit untuk mengukur sejauh mana perusahaan bisa bertahan. Selain itu, juga menerapkan efisiensi. "Kami juga melakukan efisiensi di setiap lini operasional perusahaan," tutup Apollonius.

Saksikan video di bawah ini:


Pandemi Berkepanjangan, Pendapatan Negara dari Tambang Potensi Minus 20 Persen

Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi, pemasukan negara dari sektor pertambangan akan berkurang 20 persen jika wabah virus corona (Covid-19) terus berkepanjangan.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan, Kementerian ESDM telah mengeluarkan strategi yang berlandaskan kebijakan makro pemerintah.

"Sejak Covid-19 ini kita lihat sampai dengan April (2020), itu pengaruhnya sebenarnya belum begitu terasa. Baik terhadap produksi atau penerimaan negara," ucap dia dalam sesi teleconference bersama BNPB, Selasa (23/6/2020).

Namun jika wabah ini terus berkepanjangan hingga akhir tahun, ia menekankan, pemerintah telah memperkirakan pendapatan negara dari pertambangan berpotensi berkurang 20 persen pada 2020.

"Kita khawatirkan April sampai akhir tahun, kalau berkepanjangan pasti ada pengaruhnya. Kemenkeu memprediksi, di 2020 ada penurunan penerimaan sekitar 20 persen," ujar dia.

Sebagai gambaran, Irwandy menyebutkan, produksi dan harga komoditas batu bara hingga Mei 2020 telah mengalami penurunan, meski belum begitu besar.

"Tambang batu bara ini penurunannya sampai Mei produksi turun 10 persen dibanding periode sama 2019. Permen ESDM Nomor 7/2020 memungkinkan perusahaan untuk perubahan rencana kerja dan anggaran belanja," tuturnya.

Selanjutnya, wabah pandemi juga turut berpengaruh terhadap pengerjaan proyek smelter. Irwandy mengatakan, jika proyek smelter terus tertunda hingga akhir tahun, maka target operasi akan mundur hingga 2023.

"Kemudian 27 Maret sampai 5 April, pengoperasian emas murni di Antam agak terhenti. Itu juga sedikit menghambat ekspor emas ke luar negeri," jelas dia.

Namun demikian, ia berharap level produksi dan harga komoditas pertambangan bisa sedikit terangkat pada beberapa bulan ke depan.

"Di tengah Covid-19 ada harga komoditas dengan grafik menurun, kelihatannya sampai dengan Juni. Diharapkan meningkat 1-2 bulan mendatang," tukas Irwandy.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya