Liputan6.com, Jakarta - Awan lenticular raksasa atau yang biasa disebut awan topi, Rabu (15/7/2020) menyelimuti Gunung Tanggamus di Lampung. Banyak warga sekitar yang mengabadikan pemandangan langka itu ke media sosial dan menjadi viral. Berbeda dari awan topi yang pernah terjadi di gunung lainnya, awan topi Gunung Tanggamus terlihat besar dan bertingkat.
Rahmat Subekti, Peneliti dan Prakirawan BMKG Lampung saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, awan topi merupakan fenomena alam langka yang biasa ditemukan di sekitar bukit dan gunung-gunung. Awan itu terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar, seperti pegunungan dan perbukitan, sehingga menimbulkan sebuah pusaran.
Advertisement
"Kemunculan awan lenticular ini terjadi karena adanya aliran udara yang mengalir di atas gunung sedang stabil dan lembab," katanya.
Saat aliran udara tersebut mengalir ke atas dan mendingin, kelembaban udara kemudian mengembun dan membentuk awan di puncak gelombang. Partikel awan ini begitu padat karena adanya aliran udara lembab yang terus mengalir di sekitar awan.
"Kemunculannya biasanya akan bertahan hingga berjam-jam atau kadang berhari-hari," ungkap Rahmat.
Bagi dunia penerbangan, kata Rahmat, awan Lenticular ini sangat mematikan karena awan bisa menyebabkan turbulensi bagi pesawat yang nekat memasuki awan.
"Bahkan akan sangat berbahaya kalau terbang di dekatnya," kata Rahmat.
Bukan tanpa sebab, gelombang udara di daerah tersebut sangat sulit terdeteksi dan bisa mengakibatkan turbulensi atau guncangan yang parah pada sistem rotor pesawat.
Namun demikian, Rahmat memastikan fenomena awan topi merupakan kejadian alam yang biasa terjadi di sekitar pegunungan, termasuk yang terjadi pada Gunung Tanggamus, dan tidak menjadi pertanda bencana apa pun.