Ibarat Sebuah Rumah, Ini Pentingnya Membuat Lapisan Pertemanan

Astrid Wen mengibaratkan lapisan pertemanan sebagai sebuah rumah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jul 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi Foto Aktivitas Diluar Ruang (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Selama ini, banyak anak yang ditanamkan konsep "jangan memilih-milih teman." Namun ternyata, memilih teman sesungguhnya penting dalam hidup, salah satunya juga untuk mencegah perundungan atau bullying dalam sebuah hubungan pertemanan.

"Itu sebenarnya beda konteks ya. Ketika 'jangan pilih-pilih teman' saya pikir itu konteksnya lebih menempatkan respek kepada setiap orang," kata psikolog Astrid Wen dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, ditulis Kamis (16/7/2020).

"Ketika kita ingin memiliki teman yang nyata memang kita perlu membuat lapisan pertemanan," kata psikolog PION Clinician itu. Astrid mengatakan, memberikan respek kepada setiap orang bukan berarti menerima semua orang dalam lapisan yang sama.

Dalam pemaparannya, Astrid mengibaratkan lapisan pertemanan seperti sebuah rumah.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Lapisan Pertemanan Seperti Rumah

Ilustrasi teman dan kopi (iStockphoto)

Bagian yang pertama adalah "di luar pagar." Astrid mengatakan, orang yang berada "di luar pagar" adalah mereka yang datang dan pergi dalam hidup kita.

"Kadang-kadang ada orang yang datang cuma sekali dalam hidup kita terus dia pergi. Sekali itu kadang memberikan luka kadang tidak, tetapi sebetulnya dia itu stranger atau orang asing."

"Jadi ada orang yang hanya datang sesekali dalam hidup kita jangan ditaruh di dalam hati kita. Taruhlah di luar pagar. Ini juga melindungi hati kita sebenarnya," kata Astrid.

Kemudian, ada juga mereka yang bisa diletakkan di "halaman rumah." Astrid mengatakan teman yang berada di "halaman rumah" adalah teman-teman yang ada di sebagian momen kehidupan seperti sekolah atau berkumpul.

"Ada fasenya. Nanti teman-teman SMA begitu masuk kuliah, dia tidak lagi jadi teman-teman kuliah, kita sudah punya teman-teman baru lagi yaitu teman-teman kuliah," kata Astrid. Di fase ini, seseorang memberikan sikap yang ramah kepada mereka namun tidak berbagi keintiman dalam hubungan.

Teman dekat atau lebih disebut geng atau kelompok adalah mereka yang sering berbagi kisah, solidaritas, atau berempati dengan kita. Mereka bisa berada di "ruang tamu" kita.

"Biasanya kita berbagi kisah bersama, kegembiraan, berempati, solidaritas, kalau yang satu dapat accident yang lain ramai-ramai mengunjungi. Yang satu ada masalah yang lain ramai-ramai mengunjungi," kata Astrid menjelaskan. "Jadi ramai-ramai."


Teman Sejati Teruji oleh Waktu

Ilustrasi teman curhat. (iStockphoto)

Lapisan terakhir adalah "kamar." Astrid mengatakan, tidak semua orang bisa dimasukkan ke dalam "kamar pertemanan" ini.

Astrid mengatakan, mereka biasanya juga berada di dalam bagian dari geng atau teman dekat. Namun seseorang tersebut lebih dekat dengan kita apabila dibandingkan dengan yang lain.

"Dia berbagi banyak momen, kisah hidup, suka dan duka, rencana, ini semuanya adalah teman intim kita."

Astrid mengatakan, seringkali ada orang-orang yang sesungguhnya buruk bagi kehidupan namun malah dimasukkan ke dalam ruang tamu atau "kamar" kita.

"Jadi harus dicek apakah kita benar-benar menempatkan orang-orang yang tepat dalam lingkaran pertemanan kita. Do we put the right person at the right place?"

Astrid mengatakan, mereka yang sering melakukan perundungan ada baiknya tidak berada dalam lapisan dekat kita. Tak masalah untuk tetap berteman atau menjalin hubungan dengan mereka. Menurutnya, relasi semacam ini juga bisa berubah seiring berjalannya waktu.

"Yang namanya teman sejati itu teruji oleh waktu."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya