Media Raksasa The Guardian dan BBC PHK Ratusan Karyawan Imbas Covid-19

The Guardian dilaporkan PHK 180 orang, termasuk 70 orang staf di departemen editorial.

oleh Athika Rahma diperbarui 17 Jul 2020, 15:57 WIB
Semua pekerja (PHK) yang ikut vokasi berkesempatan upskilling, reskilling, agar bisa kembali bekerja atau jadi wirausaha.

Liputan6.com, Jakarta - Dua media raksasa asal Inggris, The Guardian dan BBC, memutuskan hubungan kerja (PHK) 250 orang karyawan mereka termasuk jurnalis imbas pandemi Covid-19.

Mengutip dari laman CNN International, Jumat (17/7/2020), The Guardian dilaporkan mem-PHK 180 orang, termasuk 70 orang staf di departemen editorial setelah pendapatan perusahaan anjlok USD 31,6 miliar atau Rp 465,2 miliar (asumsi kurs Rp 14.722) tahun ini.

"Pandemi memang meningkatkan partisipasi donasi dari pembaca, tapi efek terhadap periklanan perusahaan membuat The Guardian tidak stabil secara finansial," ujar editor-in-chief The Guardian Katherine Viner dan CEO The Guardian Annette Thomas dalam keterangannya.

Sementara itu, BBC juga memangkas 70 karyawan Rabu (15/7/2020). Pandemi Covid-19 dinilai menjadi penyebab keterlambatan pembayaran biaya lisensi televisi, yang merupakan sumber dana BBC.

Sebelumnya di bulan Januari, BBC sudah PHK 450 karyawan. Lalu di bulan Juni, BBC kembali memangkas 450 orang di kanal berita regional.

 


Pangkas Anggaran

Bahkan sebelum pandemi menyerang, BBC terpaksa memangkas budget mereka untuk menghemat USD 157,9 miliar atau Rp 2,3 triliun gegara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memerintahkan agar biaya lisensi televisi ditekan, bahkan dihapus sepenuhnya.

Ke depannya, BBC mengaku hanya akan mempekerjakan sedikit reporter dan pembawa berita dengan lingkup berita yang lebih luas, sehingga bisa mengurangi jumlah studio terpakai.

"Jika kita tidak melakukan hal ini, kami tidak akan berkelanjutan. Krisis ini membuat kami mengevaluasi bagaimana kami harus beroperasi," kata Direktur Berita BBC Fran Unsworth.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya