Apakah Golongan Darah Tertentu Pengaruhi Kerentanan Seseorang Terhadap COVID-19?

Beberapa penelitian membuat orang bertanya-tanya apakah golongan darah memengaruhi risiko terinfeksi Virus Corona COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2020, 15:03 WIB
sejak diperkenalkan, sebagian besar perusahaan menggunakan panduan golongan darah untuk mencari pegawai yang sesuai

Liputan6.com, Jakarta - Umumnya manusia masuk ke dalam salah satu dari empat golongan darah - A, B, AB atau O. Biasanya, hal itu hanya membawa sedikit perbedaan dalam kehidupan sehari-hari kecuali perihal transfusi darah.

Namun, seperti dikutip dari CNN, Jumat (17/7/2020), beberapa penelitian membuat orang bertanya-tanya apakah golongan darah memengaruhi risiko terinfeksi Virus Corona COVID-19.

Contohnya, apakah orang dengan Tipe A mungkin memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi COVID-19 dan menunjukkan gejala yang terlihat? Apakah orang dengan darah Tipe O mungkin memiliki risiko lebih rendah?

Sebuah studi yang diterbitkan minggu ini tidak setuju dengan beberapa temuan awal ini, mengingat bahwa penemuan ilmiah adalah proses yang berkembang.

Para peneliti di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Rumah Sakit Beth Israel Deaconess menerbitkan sebuah penelitian, yang menyebutkan tidak ditemukan bukti golongan darah mempengaruhi apakah seseorang akan mengembangkan gejala parah (didefinisikan sebagai intubasi atau kematian) dari infeksi Virus Corona COVID-19.

Tetapi, penelitian lain sebelumnya mengungkap bahwa golongan darah tertentu dapat mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit lain, termasuk kanker.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Mengapa Golongan Darah Penting?

Golongan Darah (Sumber:Pixabay)

Mengapa kita memiliki golongan darah dan apa tujuannya, sebagian besar masih belum diketahui. Sangat sedikit yang diketahui tentang hubungan golongan darah dengan virus dan penyakit.

Peran apa yang dilakukan oleh golongan darah, akan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami risiko penyakit bagi orang-orang dalam golongan darah yang berbeda.

"Saya pikir ini menarik, meskipun saya tidak berpikir kita memiliki alasan mengapa setiap orang memiliki jenis darah yang berbeda," kata Laure Segurel, seorang ahli genetika evolusi manusia dan seorang peneliti di Museum Nasional Sejarah Alam di Prancis.

Golongan darah ditemukan pada tahun 1901 oleh ahli imunologi dan patologi Austria, Dr. Karl Landsteiner, yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel atas karyanya. Seperti sifat genetik lainnya, golongan darah Anda diwarisi dari orang tua.

 


Tak Bisa Sembarangan Disatukan

Pria, Terima Transfusi Darah dari Donor Ini Berisiko Kematian

Sebelum ditemukannya penggolongan darah, transfusi, prosedur penyelamatan yang sekarang sangat umum, dulunya adalah proses yang berisiko tinggi.

Dokter yang mempelopori penyembuhan lewat transfusi darah, Dr. James Blundell, yang bekerja di London pada awal 1800-an, memberikan transfusi darah kepada 10 pasiennya - hanya setengah yang selamat.

Yang tidak dia ketahui saat itu adalah bahwa manusia seharusnya hanya mendapatkan darah dari manusia tertentu lainnya. Dengan golongan darah yang sesuai.

Inilah alasannya: Sistem Penggolongan Darah ABO Anda diidentifikasi oleh antibodi, merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang alami, dan antigen, sebuah kombinasi antara gula dan protein yang melapisi permukaan sel darah merah.

Antibodi mengenali antigen asing dan memberi sinyal sistem kekebalan Anda untuk menghancurkannya. Itu sebabnya memberi seseorang darah dari kelompok yang salah bisa mengancam jiwa.

Sebagai contoh, seseorang memiliki darah tipe A+ dan seorang dokter tanpa sengaja menyuntik pasiennya dengan tipe B, maka antibodi A+ akan menolak dan akhirnya akan memecah darah A+. Alhasil, darah A+ akan membeku sehingga mengganggu sirkulasi A+ dan menyebabkan pendarahan serta kesulitan bernapas.

Hal inilah yang membuat pemilik golongan darah A+ yang salah transfusi berpotensi meninggal. Tetapi jika A+ menerima darah tipe A atau tipe O, maka hasilnya akan baik-baik saja.

Golongan darah Anda juga ditentukan oleh status Rh, suatu protein bawaan yang ditemukan di permukaan sel darah merah. Jika anda memilikinya, maka Rh anda positif. Jika tidak, maka Rh anda negatif.

Kebanyakan orang memiliki Rh positif, dan orang-orang itu dapat memperoleh darah dari golongan darah yang sama dengan Rh negatif atau positif. Tetapi orang dengan darah Rh-negatif biasanya hanya bisa mendapatkan sel darah merah Rh-negatif.

Hal ini dikarenakan antibodi Anda sendiri dapat bereaksi dengan sel darah donor yang tidak serasi. Itu membuat kita memiliki delapan golongan darah primer, walaupun ada beberapa yang lebih jarang


Teka Teki Evolusi

Ilustrasi evolusi mengarah kepada mesin kecerdasan buatan. (Sumber Wikimedia Commons/Fonytas)

Bukan hanya manusia yang memiliki golongan darah, setidaknya 17 jenis kera juga memilikinya, termasuk simpanse dan gorila. Ahli biologi evolusi telah menemukan bahwa golongan darah sudah sangat purba, berasal dari 20 juta tahun silam oleh leluhur jauh.

"Banyak spesies kera, juga memiliki perbedaan menjadi A, menjadi B, menjadi AB. Apakah itu kera besar atau monyet dunia baru, cukup menarik bahwa perbedaannya telah ditemukan atau diturunkan dalam begitu banyak spesies yang berbeda." kata Segurel.

Segurel juga menambahkan golongan darah tidak mungkin bertahan begitu lama secara kebetulan. Mereka harus memberi kita semacam keuntungan evolusi. Gen golongan darah ABO tidak hanya memengaruhi darah kita; itu juga aktif dalam berbagai jaringan dan organ yang lebih luas, termasuk sistem pencernaan atau pernapasan kita.

Segurel menjelaskan ini mungkin penting ketika tubuh kita menghadapi serangan dari golongan darah berbeda, yang menawarkan kita perlindungan dari berbagai patogen dan penyakit.

"Minat evolusi mempertahankan golongan darah ini mungkin tidak terkait dengan fungsi mereka dalam darah tetapi kemungkinan fungsinya berada dalam jaringan pernapasan atau pencernaan," katanya. "Dan itu merupakan dua tempat di mana memiliki hubungan paling banyak dengan infeksi virus dan bakteri, tempat di mana anda menghirup udara dan jaringan pencernaan."

"Jika Anda membayangkan koktail virus pathogen, mungkin kadang-kadang ada siklus dari  B yang menguntungkan, kadang-kadang A. Peredaran melalui preferensi yang berbeda dan berakhir dengan populasi dengan golongan darah yang berbeda." Sementara tidak tahu persis bagaimana caranya, Segurel mengatakan bahwa variasi dalam gen golongan darah mempengaruhi kerentanan kita terhadap berbagai penyakit.

Misalnya, golongan darah B telah dikaitkan dengan berkurangnya risiko kanker; sementara kelompok O telah dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah akibat malaria berat tetapi tampaknya lebih rentan terhadap infeksi norovirus, gangguan Pencernaan Akut Penyebab Diare.


Jadi Bagaimana Dengan Virus Corona COVID-19?

Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Sejumlah penelitian telah menunjukkan hubungan antara golongan darah dan Virus Corona COVID-19, meskipun sebagian besar melibatkan sejumlah kecil orang dan beberapa tidak dalam tinjauan.

Sebuah tim peneliti Eropa yang mempublikasikan temuan mereka di New England Journal of Medicine pada Juni menemukan, orang dengan darah tipe A memiliki risiko 45% lebih tinggi terinfeksi daripada orang dengan golongan darah lain, dan orang dengan darah tipe O 65% lebih mungkin terinfeksi sama seperti orang dengan golongan darah lain.

Mereka mempelajari lebih dari 1.900 pasien Virus Corona COVID-19 yang sangat parah di Spanyol dan Italia, dan membandingkannya dengan 2.300 orang yang tidak sakit. Penelitian serupa juga dilakukan oleh petugas kesehatan Hong Kong dengan golongan darah O yang diamati selama wabah SARS, yang menginfeksi 8.098 orang dari November 2002 hingga Juli 2003 -- kerabat Virus Corona.

Penelitian minggu ini dapat menangkis beberapa penelitian itu. "Kami menunjukkan melalui studi multi-institusional bahwa tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa golongan darah tertentu menyebabkan peingkatan keparahan suatu penyakit, yang kami definisikan sebagai intubasi atau mengarah pada kematian," kata Dr. Anahita Dua dari Mass General, yang memimpin tim penelitian.

Direktur penelitian di Inserm, sebuah organisasi penelitian medis Prancis, Jacques Le, mengatakan ada dua anggapan dasar tentang hubungan antara golongan darah dan COVID-19. Salah satunya adalah bahwa orang dengan tipe O tidak rentan terhadap masalah koagulasi dan pembekuan yang menjadi pendorong utama meningkatnya keparahan COVID-19.


Tak Perlu Terlalu Khawatir, Tapi Tak Boleh Terlalu Santai

Ilustrasi isolasi diri di tengah pandemi virus Corona | pexels.com/@cottonbro

Jacques Le juga menambahkan perihal kemungkinan bahwa virus akan membawa antigen golongan darah dari orang yang terinfeksi. Dengan demikian, antibodi yang diproduksi oleh orang dengan bergolongan darah O dapat menetralkan virus ketika terinfeksi dari orang dengan golongan darah A. Hampir mirip dengan aturan untuk transfusi darah.

"Namun, mekanisme perlindungan ini tidak akan berfungsi dalam semua situasi. Misalnya, golongan darah O dapat menginfeksi golongan darah O lainnya," katanya dan menambahkan bahwa setiap efek perlindungan tidak mungkin besar dan jumlah antibodi sangat bervariasi setiap individunya.

"Maka dari itu, orang-orang bergolongan darah A tidak perlu terlalu khawatir, sebaliknya orang-orang bergolongan darah O juga tidak boleh terlalu santai," kata Sakthivel Vaiyapuri, seorang profesor di bidang farmakologi kardiovaskular dan racun di University of Reading di Inggris.

Vaiyapuri, bekerja sama dengan Universitas Thi-Qar di Irak, sedang melakukan studi tentang peran golongan darah berdasarkan data dari lebih dari 4.000 orang di Irak yang terinfeksi COVID-19 dan 4.000 orang yang tidak terinfeksi. Dia mengatakan bahwa hasil awal menunjukkan tipe O mungkin memiliki efek perlindungan, tetapi itu tidak menjadi sebuah kepastian.

Penelitian tentang golongan darah kadang-kadang jatuh di antara disiplin ilmu yang berbeda, tetapi mendapat ilmu baru tentang mengapa kita memiliki golongan darah yang berbeda dan hubungan antara antibodi golongan darah dan risiko penyakit cenderung membantu kita untuk mengembangkan vaksin dan merancang obat baru, termasuk untuk COVID- 19.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya