BI: Agar Cepat Pulih, Indonesia Harus Masuk Next Normal

Indonesia harus bisa melihat peluang yang ada di tengah pandemi.

oleh Athika Rahma diperbarui 17 Jul 2020, 16:03 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (kanan) didampingi DGS Destry Damayanti memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda akan usai. Ramalan masa depan ekonomi Indonesia bermunculan imbas pandemi ini, ada yang meramalkan 0 persen (Bank Dunia) hingga minus 3,8 persen (Kementerian Keuangan).

Deputi Gubenur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyatakan, sebenarnya ada 3 hal yang dapat dilakukan agar ekonomi Indonesia bisa cepat pulih. Indonesia tidak bisa terus berada di era survival mode saja, alias hanya bertahan hidup tanpa tumbuh.

"Kita tidak bisa lama-lama ini di sini (old normal), kita harus masuk ke recovery dan growth mode, yaitu next normal, dimana untuk menuju itu kita harus Agile, Adaptive dan Innovative," jelas Destry dalam diskusi daring, Jumat (17/7/2020).

Destry menjelaskan, agile berarti Indonesia harus bisa melihat peluang yang ada di tengah pandemi. Lalu, peluang itu diadaptasi (adaptive) dengan protokol-protokol yang ditentukan oleh pemerintah, serta dieksekusi dengan inovasi-inovasi baru (innovative) yang berbeda dari metode lain.

Dengan penerapan 3 strategi ini, Indonesia dapat bangkit ke recovery dan growth mode, dimana ekonomi berangsur pulih lalu tumbuh dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

 


Sempurnakan Sistem Pembayaran

Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) didampingi DGS Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk mendukung itu, BI terus menyempurnakan sistem pembayaran untuk digitalisasi di sektor keuangan.

"Karena dengan kondisi new normal sekarang, digital jadi keniscayaan. Teknologi sangat dibutuhkan baikn untuk informasi dan komunikasi," katanya.

Adapun pemerintah sendiri sudah membuka aktivitas ekonomi yang memiliki impact besar terhadap permintaan. Tujuannya, agar tenaga kerja dapat terserap dan dapat berkontribusi dan ekonomi dengan jumlah yang besar. Tentunya, dengan penerapan protokol Covid-19.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya