Cerita di Balik Bangunan SMAK St Louis 1 Surabaya, Sempat Jadi Markas Polisi

Bangunan sekolah SMAK St.Louis 1 juga termasuk salah satu cagar budaya di Surabaya, Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jul 2020, 08:55 WIB
Jalan MERR IIC Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Salah satunya gedung SMAK St.Louis 1 Surabaya.

Gedung sekolah tersebut juga termasuk salah satu cagar budaya di Kota Pahlawan. Gedung sekolah ini berada di Jalan M.Jasin Polisi Istimewa Nomor 7 Keputran, Surabaya, Jawa Timur. Sejumlah tokoh pun merupakan lulusan dari SMAK St.Louis 1 Surabaya antara lain Mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kak Seto, dan Hermawan Kertajaya yang juga pernah jadi guru di sekolah tersebut.

Gedung SMAK St Louis 1 Surabaya yang berdiri sejak 1923 ini menyimpan cerita masa lalu dan menjadi saksi bisu perkembangan Kota Surabaya. Mengutip laman smakstlouis1sby.sch.id, SMA Katolik St.Louis 1 Surabaya ini memiliki keterkaitan dengan awal perkembangan gereja di Surabaya.

"Iya memang pada masa Belanda, gedung tersebut didirikan sebagai lembaga pendidikan Katolik beserta gereja,” ujar Dosen Ilmu Sejarah FIB Universitas Airlangga, Adrian Perkasa, saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Minggu, (19/7/2020).

Pada 7 Juli 1862, Kongregasi Bruder Santo Aloysius (CSA: Congregatio Sanctii Aloysii) mendirikan sekolah dasar Bijzondere Europeesche Schools (ELS) di daerah Krembangan yang diawali dengan 20 siswa laki-laki.

Pimpinan sekolah pada saat itu Bruder Engelbertus Broederschool di Krembangan, daerah Jalan Kepanjen mengalami perkembangan yang sangat pesat di bawah pimpinan Overste Br.Engelbertus.

Oleh karena itu, bruder CSA memindahkan Broeder School dari pusat kota Surabaya lama ke Coen Boelevard 7 yang sekarang bernama Jalan M.Yasin Polisi Istimewa pada 1923. Sekolah itu mengacu pada pendidikan Belanda dan dikhususkan untuk anak laki-laki bangsa Belanda.

Gedung sekolah SMAK St.Louis 1 ini juga pernah menjadi markas Pasukan Polisi Istimewa Karisidenan Surabaya.

"Pada masa revolusi sekitar 10 November 1945 dijadikan markas polisi istimewa dengan Komandannya M.Jasin, maka sekarang jalan di depannya diganti namanya menjadi polisi istimewa untuk memperingati hal itu,” ujar dia.

Ia menuturkan, sejak zaman Pendudukan Jepang, orang Belanda dan Eropa lainnya nyaris semua dimasukkan dalam kamp penjara. Oleh karena itu, bangunan-bangunan seperti gedung sekolah SMAK  St.Louis 1 dijadikan markas militer. "Ketika merdeka, diambil alih oleh orang Indonesia," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Selanjutnya

Adapun awal sekolah ini dari Lager School (SD) St.Louis, kemudian berubah menjadi Midel Bare Uitgebred voor Lager Onderwijs atau MULO (SMP). Pada 1950 berubah lagi menjadi Herstel Hogere Broeder School atau HBS (SMA). Pada 1 Agustus 1951 diganti menjadi SMAK St.Louis.

Di masa pergantian, sekolah berhasil membuka dua kelas tetapi belum dapat menentukan siapa yang akan menjadi kepala sekolah. Hal itu karena kendala tidak banyak Bruder CSA yang menguasai Bahasa Indonesia. Melalui berbagai pertimbangan, Romo Engelbertus (alm) sebagai kepaa sekolah.

Awal berdirinya SMAK St.Louis, tingkat kelulusannya hanya mampu mencapai 45 persen dari jumlah siswa yang ada. Namun, hasil ini menempati peringkat tertinggi di Surabaya, Jawa Timur. Guru-guru yang mengajar pada saat itu bersifat "semenaraapsel”  atau seadanya siapa saja yang mau menjadi guru. Hal ini lantaran minimnya tenaga pengajar yang tersedia.

Sekolah ini sempat alami peralihan pengelolaan dari Bruder CSA (Yayasan Mardi Wijayana Kodya Surabaya) kepada Romo Congregatio Missionis melalui Yayasan Lazaris. Pada 1980-1982 terjadi suatu masa transisi. Kemudian pada 1985, sekolah ini mendapatkan status disamakan. Semula status sekolah swasta yang ada hanya sekolah bersubsidi atau tak bersubsidi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya