Cek Fakta: Tidak Benar Radiasi Laser Thermo Gun Berbahaya bagi Tubuh Manusia

Beredar klaim radiasi laser thermo gun berbahaya bagi tubuh manusia. Cek fakta sebelum percaya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Jul 2020, 19:10 WIB
Gambar Tangkapan Layar Video Tentang Bahayanya Thermo Gun

Liputan6.com, Jakarta - Klaim tentang radiasi laser termometer tembak atau thermo gun berbahaya bagi tubuh manusia beredar di media sosial. Klaim ini disebarkan lewat video bertajuk "VIRALKAN !!! Radiasi Laser THERMO Gun Ternyata berbahaya, Simak Penjelasannya" yang diunggah Channel YouTube Mayor Saleh Nasionalis Karaeng Sila.

Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik itu, terdapat seorang pria yang mengklaim mengenai bahanya penggunaan thermo gun bagi tubuh manusia.

Bahkan, pria tersebut menyebut laser dari thermo gun bisa merusak otak. Ia juga memperingatkan masyarakat agar berhati-hati.

"Jadi hati-hati, bagi saudaraku baik yang ke mal, ke rumah sakit dan sebagainya, agar lebih hati-hati lagi. Rupaya kita yang pasang laser itu berbahaya. Arahkan ke tempat lain, misalnya tangan. Karena itu dapat merusak otak," ucap seorang pria berbaju hitam dalam video tersebut.

Dalam video tersebut juga terdapat potongan video wawancara Helmy Yahya dengan ekonom Ichsanuddin Noorsy. Dalam wawancara tersebut, Helmy Yahya berbicara mengenai penggunaan thermo gun di berbagai tempat saat pandem Covid-19 saat ini.

Ichsanuddin Noorsy kemudian menanggapi pernyataan Helmy itu. "Kalau saya nolak. Kalau mau periksa (suhu tubuh) saya, periksa di sini (telapak tangan). Karena termometer itu dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk temperatur manusia," timpal Ichsanuddin Noorsy.

"Kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak. Saya enggak mau," sambung dia.

Video yang disebarkan Channel YouTube Mayor Saleh Nasionalis Karaeng Sila telah ditonton 1.413 kali dan mendapat 43 komentar dari warganet.

 


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tentang radiasi laser termometer tembak atau thermo gun berbahaya bagi tubuh manusia. Penelusuran dilakukan dengan menghubungi Spesialis Penyakit Dalam, dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH.

Dokter Ari mengatakan, termometer inframerah yang biasa digunakan untuk mengecek suhu badan aman digunakan. Termometer tersebut, kata dia, sudah lolos uji kesehatan.

"Produk itu sudah lolos uji kesehatan, jadi sudah diperhitungkan bahwa alat itu aman," kata dr Ari kepada Liputan6.com, Senin (20/7/2020).

Dokter Ari menambahkan, penggunaan termometer inframerah juga tidak berdampak pada sistem saraf dan retina manusia.

"Termometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X dan karena itu tidak mempengaruhi sistem saraf termasuk juga tidak merusak retina," ucap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu.

Liputan6.com juga menemukan artikel yang menjelaskan mengenai dua jenis termometer inframerah, ada yang digunakan untuk industri dan klinik. Adalah artikel berjudul "Jangan Salah, Ini Perbedaan Termometer untuk Industri dan Klinik" yang dimuat situs kumparan.com pada 7 Maret 2020.

Bukan hanya masker yang harganya melambung tinggi, tapi termometer juga mulai meroket. Sejak virus corona mewabah di China, kemudian menyebar ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, harga masker mengalami kenaikan yang signifikan.

Kini, termometer juga ikut-ikutan diburu masyarakat dan harganya mulai mengalami kenaikan. Di situs belanja online Shopee, misalnya, termometer infrared dibandrol dengan harga mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung jenis termometernya.

Orang-orang mulai memburu termometer infrared untuk mengukur suhu tubuh. Ini tak lain karena salah satu gejala COVID-19 adalah demam, atau suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius.

Namun, tidak semua termometer yang dijual di situs belanja online bisa digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Karena ada juga termometer infrared yang digunakan untuk kebutuhan industri.

Perbedaan termometer industri dan klinik

Termometer infrared adalah alat untuk mengukur suhu tanpa menyentuh objek atau benda yang akan diukur suhunya. Termometer jenis ini dibuat menggunakan teknologi energi infra merah yang mampu mendeteksi temperatur secara optik selama objek diamati. Radiasi energi sinar inframerah yang dipancarkan objek akan diukur dan disajikan sebagai suhu.

Secara sederhana, termometer terbagi menjadi dua, yakni termometer industri dan termometer klinik.

Termometer industri biasanya digunakan untuk mengukur suhu benda atau alat-alat manufaktur, seperti panas air, mesin, AC atau pendingin ruangan, kolam renang, trafo, dan lain-lain. Tujuannya untuk memonitor suhu material cair guna menjaga kualitas pada proses manufaktur.

Sedangkan termometer klinik digunakan untuk keperluan medis, salah satunya mengukur suhu tubuh makhluk hidup atau pasien yang sedang menjalani perawatan. Kendati prinsipnya sama-sama mengukur suhu, ada perbedaan yang cukup signifikan, terutama dalam range termometer dan tingkat keakuratannya.

“Prinsip kerjanya sama. Cuma kalau termometer industri akurasinya rendah karena digunakan untuk mengukur jangkauan atau rentang suhu yang lebih besar,” ujar Prayudi Rizki, Brand Manager di DNR Corporation, sebuah perusahaan penyedia alat kesehatan, saat dihubungi kumparanSAINS, Sabtu (7/3).

Ia menjelaskan, tingkat akurasi termometer industri berkisar 1,5 derajat Celcius. Sedangkan akurasi termometer klinik punya tingkat yang lebih tinggi, hingga 0,2 derajat Celcius.

Selain itu, range suhu antara termometer industri dan klinik juga berbeda. Jika termometer klinik bisa membaca suhu antara 32 hingga 42 derajat Celcius, termometer industri membaca suhu mulai dari -50 derajat Celcius hingga 380 derajat Celcius.

Hal inilah yang membuat termometer industri kurang akurat, jika dipakai untuk mengukur suhu tubuh saat virus corona tengah merebak. Sebab, termometer klinik memiliki range yang lebih kecil, di mana hal ini bisa lebih menjamin tingkat keakuratannya.

“Termometer klinik itu jangkauan pengukuran untuk mengukur suhu tubuh sekitar 32-42,5 derajat Celcius, karena suhu normal dewasa kan 36,1 - 37,2 derajat Celcius. Kalau pakai yang akurasinya rendah (termometer industri) nanti salah, orang sehat dikira demam,” ujarnya.

Bagaimana cara membedakan termometer klinik dan industri?

Menurut Prayudi, yang terpenting adalah teliti dalam membeli. Sebab, setiap kemasan termometer biasanya menyertakan keterangan. Konsumen bisa membaca keterangan terlebih dahulu sebelum membeli produk termometer.

Termometer industri biasanya punya range pengukuran suhu yang lebih tinggi ketimbang termometer klinik. Dalam kemasan juga dicantumkan tingkat akurasi termometer. Begitupun dengan jarak pengukuran yang bisa dijangkau termometer.

“Konsumen harus teliti karena bisa dilihat dari kemasan, buku petunjuk penggunaan, dan data spesifikasinya atau jangkauan pengukuran,” ujar Prayudi.

 

 

 


Kesimpulan

Klaim tentang radiasi laser termometer tembak atau thermo gun berbahaya bagi tubuh manusia ternyata tidak benar. Spesialis Penyakit Dalam, dr Ari Fahrial Syah memastikan bahwa penggunaan termometer inframerah juga tidak berdampak pada sistem saraf dan retina manusia. Sehingga, termometer inframerah aman digunakan untuk mengecek suhu badan.

 

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya