Kisah Pedagang Es Kelapa, Digitalisasi Tingkatkan Omzet Hingga 100 Persen

Di tengah pandemi Covid-19 ini, ada warung-warung tradisional dan usaha kecil yang tetap mampu bertahan tanpa mengalami penurunan omzet, bahkan cenderung meningkat.

oleh Gilar Ramdhani pada 20 Jul 2020, 11:27 WIB
Beni Irawan, Pedagang Minuman Kelapa - Nusantara Kelapa.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 telah mengubah gaya hidup dan tata cara orang berinteraksi. Adanya larangan untuk tidak melakukan kontak fisik memaksa orang untuk memanfaatkan teknologi digital agar tetap bisa beraktivitas dan berinteraksi sosial. 

DANA sebagai sahabat UMKM Indonesia percaya bahwa kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi kunci keberhasilan agar kita bisa melalui pandemi yang belum diketahui kapan berakhir. Hal ini juga berlaku dalam bisnis, termasuk sektor UMKM yang sangat rentan terhadap goncangan. Sudah banyak UMKM, termasuk warung tradisional yang terpaksa gulung tikar akibat pandemi. Mengacu data Kementerian Tenaga Kerja, lebih dari 318 ribu pekerja informal termasuk UMKM yang terkena dampak pandemi COVID-19.

Di tengah pandemi COVID-19 ini, ada warung-warung tradisional dan usaha kecil yang tetap mampu bertahan tanpa mengalami penurunan omzet, bahkan cenderung meningkat. Warung maupun usaha kecil ini adalah contoh dari mereka yang mampu beradaptasi menghadapi segala kondisi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Seperti halnya usaha Nusantara Kelapa yang dijalankan Beni Irawan. 

Pria berusia 39 tahun ini, mulai menjalankan usaha minuman berbahan dasar kelapa sejak April 2015 di daerah Sentul City, Bogor. Selain menjual beragam minuman kelapa, Nusantara Kelapa juga memasok kelapa untuk hotel dan restoran. Namun, selama pandemi berlangsung, usaha sebagai distributor kelapa ini mengalami penurunan karena tidak ada permintaan dari hotel dan restoran. 

Agar usahanya bisa terus berputar, Beni memberanikan untuk membuka cabang Nusantara Kelapa di Bekasi Barat pada bulan April 2020. Beruntung, upayanya berhasil. Menu-menu minuman Nusantara Kelapa bisa diterima pasar, khususnya warga Kranji. Keberhasilannya juga tidak lepas dari kecerdikan Beni memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan dagangannya. Untuk memudahkan usahanya dan pembeli, Beni juga menerima pembayaran nontunai menggunakan dompet digital.

“Saya sudah menggunakan pembayaran nontunai sejak awal tahun 2019. Adanya pembayaran nontunai sekarang ini sangat membantu usaha saya,” ujar Beni.

 


Peran Media Sosial dan Dompet Digital

Beni Irawan, Pedagang Minuman Kelapa - Nusantara Kelapa.

Menurut Beni, pendapatan Nusantara Kelapa saat pandemi jutsru meningkat. Omzet Nusantara Kelapa Bekasi sebelum pandemi berkisar Rp800.000–Rp1.200.000 per hari, dan pada saat pandemi meningkat hingga 80 persen per hari. Sementara, omzet Nusantara Kelapa Sentul sebelum terjadi pandemi COVID-19 berkisar Rp1.300.000–Rp2.200.000 per hari, dan di masa pandemi mengalami peningkatan hampir 100 persen per hari.

“Alhamdulilah, kami mengalami peningkatan omzet setiap bulannya. Jadi saran saya untuk pelaku usaha kecil, gunakan media sosial dan manfaatkan dengan semaksimal mungkin,” anjur Beni.

Cerita yang mirip juga terjadi pada Suriyah, yang warung makannya justru mengalami kenaikan omzet hingga 30% saat pandemi. Meski hanya ukuran warteg, wanita berusia 54 tahun ini juga melakukan penjualan online dan rajin mempromosikan diri lewat media sosial. Untuk memudahkan transaksi, Suriah menerima pembayaran nontunai termasuk menggunakan dompet digital. Dengan begitu, pelanggan tidak perlu datang ke warung, cukup dengan memesan melalui ponselnya. Hal ini yang menjadi penyebab omzet warungnya justru meningkat selama pandemi, karena banyak orang yang tetap memesan makan secara online.

“Dengan transaksi nontunai jadi lebih aman dan mudah, apalagi di saat pandemi. Pembeli tidak perlu kasih uang tunai, saya juga tidak repot cari uang kembalian. Saya bersyukur bisa mengenal teknologi sebelum ada pandemi,” ujar Suriah yang membuka usaha warungnya di daerah Kebon Jeruk.

 


Gerakan Belanja di Warung Tetangga

Usaha Beni dan Suriyah menjadi salah satu bukti bahwa pemilik usaha bisa beradaptasi dengan teknologi untuk bertahan di masa pandemi. Untuk membantu pemilik usaha lain, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop-UKM) telah meluncurkan gerakan sosial #BelanjadiWarungTetangga dengan menggandeng beberapa badan usaha milik negara (BUMN) klaster pangan dan logistik serta dompet digital DANA.

Gerakan sosial ini juga menjadi salah satu upaya DANA sebagai sahabat UMKM mengajak masyarakat secara aktif berpartisipasi membantu usaha-usaha warung di sekitarnya agar mampu bertahan melalui badai pandemi. Caranya, dengan mendaftarkan warung-warung di sekitar mereka, sekaligus mendorong masyarakat untuk berbelanja di warung tetangganya untuk mendukung perekonomian rakyat.

Untuk mendaftarkan warung-warung di sekitarnya, masyarakat bisa menggunakan fitur pendataan warung/UMKM yang ada di aplikasi DANA atau tautan berikut iniData warung yang terdaftar langsung diserahkan kepada Kemenkop-UKM dan selanjutnya dilakukan pengelolaan data untuk pendistribusian bantuan. Bantuan tersebut dapat digunakan untuk membeli bahan-bahan pokok dari BUMN yang menjadi mitra pemerintah.

Gerakan #BelanjadiWarungTetangga juga mendorong pedagang kecil maupun pemilik warung untuk masuk ke dalam platform digital, sehingga mereka bisa tetap menjalankan usaha meski harus mengurangi mobilitas fisik di tengah pandemi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya