Kisah Pilu Balita Gizi Buruk Korban Banjir Konawe

Balita korban banjir Konawe, Iluh Suriani mengalami gizi buruk karena kerap minum susu kaleng saat masih berusia setahun.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 20 Jul 2020, 19:00 WIB
Susu Kaleng dan Kisah Pilu Balita Gizi Buruk Korban Banjir Konawe

Liputan6.com, Kendari - Banjir Konawe kerap menjadi momok setiap tahun sejak 2013. Sejak saat itu, selalu ada ribuan warga yang mengungsi dan kehilangan tempat tinggal serta mata pencaharian. Air bah, merendam Desa Ambulano, Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe, Senin (13/7/2020) hingga Senin (20/7/2020).

Sebanyak 474 orang warga mengungsi usai rumahnya tergenang air Sungai Konaweeha. Dari sekian banyak korban, ada salah seorang balita perempuan berusia 3,3 tahun yang ikut berdesak-desakan di bangsal penampungan.

Dia bernama Iluh Suriani, sekilas dia nampak sehat dan sedang tertidur pulas di dalam tenda. Setelah didekati, bayi yang sudah terbaring 7 hari di pengungsian banjir Konawe, tak seperti lainnya.

Seharusnya, sejak berusia setahun lebih, dia sudah bisa berjalan atau berlari. Namun, hingga hari ini tulangnya masih lemah, ia juga belum mampu berceloteh menyebut nama ayah dan ibunya.

Kedua orang tuanya, Komang Suryawan (34) dan Komang Suarsih (20) mengungkapkan, bayinya mengalami gizi buruk. Hal itu terungkap saat keduanya memeriksakan kondisinya di RSUD Unaaha, 2019 lalu.

"Saya cuma buruh sawah pak," ujar Komang Suryawan kepada Liputan6.com, Minggu (19/7/2020).

Komang bercerita, sejak putri tunggalnya itu berusia delapan bulan, dia hanya mampu memberi minuman susu kaleng kental manis. Penghasilannya sebagai buruh, membuatnya hanya bisa membeli susu formula hingga dia berusia 8 bulan.

"Harga susu mahal bagi saya, karena saya juga tak bekerja tetap. Kadang ada uang kadang tidak," dia berbisik.

Dia melanjutkan, agar anaknya tetap bisa mendapat asupan gizi, dia nekat membelikan anaknya susu kaleng. Apalagi kondisi istrinya, tak memiliki asupan ASI yang cukup banyak sejak dia melahirkan.

"Kadang juga anak saya makan nasi, saya kasih lembek-lembek seperti bubur," istrinya Komang Suriasih menimpali.

Komang Suriasih hanya ibu rumah tangga biasa. Karena tak memiliki lahan sendiri, dia dan suaminya bergantung dari upah mengolah sawah orang lain di kampungnya.

Banjir Konawe memaksa 3.098 jiwa mengungsi. Hampir setengah dari jumlah pengungsi, memilih tetap tinggal di dekat lokasi perkampungan mereka daripada di pos pengungsi Kantor BPBD Konawe.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Sempat ke Dukun Kampung

Kondisi Iluh Suriani banjir Konawe hidup di tenda darurat.

Sejak berusia satu tahun, Iluh Suriani sudah membuat kedua orang tuanya curiga. Mereka akhirnya membawa balita mereka di puskesmas dengan pengobatan seadanya.

Tak menunjukkan perkembangan berarti, keduanya juga membawa anak mereka ke rumah sakit.

Tercatat, ada 4 kali anak neraka bolak-balik rumah sakit dan puskesmas.

"Saya juga sempat bawa ke dukun bayi, tapi anak saya tetap belum bisa jalan. Bahkan, kalau saya coba kasi duduk, dia hanya bisa terkulai menunduk," ujar Komang Suryasih.

Dia mengungkapkan, memiliki kartu sejenis BPJS yang bisa dipakai berobat di puskesmas dan rumah sakit. Dengan kartu ini, anaknya sempat mendapatkan obat-obatan dan vitamin.

Kepala Desa Ambulano, Ketut Riyawan mengatakan, sepekan setelah banjir sudah ada bantuan sembako kepada warganya. Pemda Konawe menyalurkan kepada ribuan warga berstatus pengungsi.

"Dibawa dengan perahu disini, ada terigu, minyak, telur dan lain-lain, untuk membantu kehidupan warga," ujarnya.

Dia membenarkan, banjir setinggi 3 meter menggenangi sawah warganya. Sedangkan di pekarangan rumah, air bisa mencapai 1,5 meter.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya