New Normal Jadi Momentum UMKM Go Digital

UMKM mulai sadar bahwa sekarang perilaku konsumen berubah untuk belanja daring sehingga mereka harus melakukan transformasi.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Jul 2020, 19:45 WIB
Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Hingga Juni 2020, Mandiri Syariah mencatatkan pengguna layanan Mandiri Syariah Mobile sejumlah 1,3 jt user naik lebih dari 45% dari tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Terdapat perubahan perilaku konsumen dimana konsumen cenderung berbelanja daring di masa Covid-19. Di saat ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat merasa terdesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama bahan makanan dan keperluan rumah tangga. Tentu saja, hal ini membuka peluang bagi UMKM untuk segera go digital.

Masyarakat dibatasi untuk keluar rumah demi mengurangi penyebaran virus. Alhasil solusinya adalah dengan berbelanja online. Oleh karena itu, para pelaku usaha pun melihat sebuah peluang sehingga mereka beralih ke digital. Peristiwa ini pun dimanfaatkan untuk berubah digitalisasi.

Hal ini terbukti dari data yang dipaparkan oleh Exabytes Indonesia, perusahaan penyedia hosting di Indonesia. Country Manager Exabytes Indonesia Indra Hartawan menjelaskan, terdapat kenaikan 23 persen untuk pembelian domain .ID selama PSBB berlangsung di bulan April hingga Juni 2020.

Domain .ID adalah domain khusus negara Indonesia atau country code top level domain (ccTLD) yang sangat populer untuk menunjukkan identitas website Indonesia. Mayoritas domain .ID dan .CO.ID adalah domain populer yang biasa digunakan untuk mengembangkan bisnis.

Terpenting adalah adanya peningkatan jumlah signup user untuk produk UKM seperti domain dan hosting UMKM. Data tercatat adanya peningkatan sebesar 95 persen di bulan April hingga Juni dibandingkan periode di tahun sebelumnya.

Ini menunjukkan bahwa UMKM mulai sadar bahwa sekarang perilaku konsumen berubah untuk belanja daring sehingga mereka harus melakukan transformasi dari konvensional ke online agar dapat mempertahankan bisnis yang dimiliki. Masa pandemi pun dijadikan momentum untuk go digital oleh para UMKM.

“Ini merupakan peningkatan cukup signifikan yang terjadi saat PSBB mulai diberlakukan. Hal ini membuktikan bahwa masa pandemi menjadi peluang untuk digitalisasi khususnya para UMKM. Dengan go digital, bisnis pun bisa mengikuti perkembangan, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga roda perekonomian terus bergerak,” imbuh Indra Hartawan dalam keterangan tertulis, Senin (20/7/2020).

Indra juga menambahkan bahwa selama pandemi kegiatan offline pun diubah menjadi online. Termasuk oleh kelas, seminar dan event dialihkan menjadi webinar online. Tercatat total lebih dari 1900 peserta menghadiri rangkaian webinar Exabytes dan merupakan angka tertinggi daripada event offline yang dilaksanakan sebelumnya.

Banyak peserta yang mengikuti webinar Exabytes yang umumnya membahas tentang bisnis online, tren bisnis selama new normal, strategi marketing hingga digital marketing agar bisa bertahan di kondisi yang sulit ditebak. Tema webinar yang dipilih pun disesuaikan dengan kebutuhan yang diperuntukkan khususnya untuk para pelaku UMKM dan bisnis agar dapat mengembangkan usahanya sekaligus memaksimalkan bisnisnya untuk go digital.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pemerintah Disarankan Buat Satgas Permodalan UMKM

Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Hingga Juni 2020, Mandiri Syariah mencatatkan pengguna layanan Mandiri Syariah Mobile sejumlah 1,3 jt user naik lebih dari 45% dari tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang, menyarankan pemerintah untuk membuat Satuan Tugas Permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar penyaluran modal itu cepat.

"Bila perlu pemerintah membentuk Satgas Permodalan UMKM untuk dapat merumuskan penyaluran modal UMKM dengan persyaratan yang mampu dipenuhi, seperti jenis usaha, lama usaha, dan prospek selama ini," kata Sarman dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/7/2020).

Kata Sarman, sektor UMKM sangat mudah digerakkan, asalkan pemerintah segera memberikan modal kerja dengan persyaratan yang mudah dijangkau dan dipenuhi.

Pemerintah harus memberikan perhatian dan kebijakan khusus terhadap modal kerja UMKM, yang diharapkan mampu menopang perekonomian selama pandemi covid-19.

"UMKM butuh modal tidak banyak dan variatif di kisaran Rp 10- 25 juta, mereka sudah dapat membuka usahanya. Nantinya, modal itu langsung berputar dan langsung merekrut tenaga kerja," ujarnya.

Namun, jika melalui skema modal kerja dengan skema standar perbankan, dipastikan UMKM tidak akan dapat memenuhinya. Jika pemerintah lamban merespons modal kerja UMKM ini, maka mereka akan mencari alternatif lain, yaitu meminjam ke rentenir atau bank keliling dengan bunga yang sangat tinggi.

Hal ini dilakukan karena mudah mendapatkan dan tanpa jaminan, dan mereka siap mencicil setiap hari. Inilah yang membuat UMKM selama ini susah naik kelas.


Perhatian Terhadap UMKM

Menurutnya, bila kondisi ini dibiarkan terus, saatnya mewujudkan harapan Presiden bagaimana menangani UMKM ini memakai manajemen krisis, dengan memberikan perhatian penuh terhadap UMKM.

"Selama ini UMKM memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, ekspor dan investasi," pungkasnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya