Liputan6.com, Manado - Ratusan mahasiswa Program Studi Spesialis (Residen) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Senin (20/7/2020), menggelar aksi unjuk rasa. Mereka menuntut pengurangan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Dengan mengenakan pakaian kedokteran plus Alat Pelindung Diri (APD), ratusan calon dokter spesialis ini menggelar protes melalui aksi diam di depan gerbang masuk Kampus Unsrat Manado. Sejak pukul 12.00 Wita, mereka sudah memadati pintu masuk kampus, tanpa ada orasi.
Aspirasi yang disampaikan ditulis dalam puluhan poster yang dibentangkan di jalan masuk kampus. Puluhan Satuan Pengaman (Satpam) Unsrat mengawasi dengan ketat aksi tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Kami menuntut adanya pengurangan biaya UKT, karena pandemi Covid-19 ini berdampak juga pada kami yang sementara studi sekaligus pelayanan di rumah sakit," ungkap Koordinator Aksi Jacob Pajan.
Jacob membeberkan, batas waktu pembayaran UKT telah ditetapkan oleh pihak Unsrat pada, Minggu (26/7/2020), atau sepekan lagi. Sedangkan, UKT itu dirasa cukup berat apalagi pada masa pandemi Covid-19.
"Mengapa untuk mahasiswa S1 dan D3 bisa ada pengurangan biaya UKT, sementara kami tidak bisa. Padahal, sama-sama berada dalam situasi yang sulit ini," paparnya.
Dari data yang ada, sedikitnya 477 calon dokter spesialis yang bernasib sama seperti Jacob. Selain, tengah menyelesaikan studi, mereka juga melayani pasien di RSUP Prof Kandou Manado. Bahkan, Jacob dan kawan-kawannya menjadi garda terdepan penanganan pasien Covid-19.
"Kami bekerja di rumah sakit tanpa dibayar, karena itu memang sudah menjadi kewajiban kami dalam melayani. Tapi tolong, pihak kampus berikan keringanan UKT pada kami,” ujarnya.
UKT untuk program spesialis di FK Unsrat tergolong mahal. Untuk satu semester sebesar Rp24 juta. Jika harus membayar selama 2 semester, maka Jacob dan kawan-kawannya harus mengeluarkan dana Rp48 juta.
"UKT di Unsrat ini paling mahal di seluruh Indonesia," ujar Jacob yang mengambil spesialis bedah ini.
Lebih kurang 2 jam menggelar aksi bisu, para calon dokter spesialis ini akhirnya bergerak masuk ke dalam kampus untuk menemui Rektor Unsrat Ellen Joan Kumaat. Sayangnya, Ellen sudah meninggalkan kampus. Mereka diterima oleh para Wakil Rektor Unsrat yakni Grevo Gerung, Ronny Maramis, dan Ronny Gosal.
"Pihak kampus bersikukuh bahwa untuk pengurangan biaya UKT itu perlu landasan hukum, sehingga tidak menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan," ujar Jacob usai pertemuan tersebut.
Meski demikian, ratusan calon dokter spesialis itu tidak putus asa. Mereka masih akan terus memperjuangkan pengurangan biaya UKT sebagaimana kebijakan untuk mahasiswa S1 dan D3.
"Kami masih akan terus berjuang, meminta perhatian Mendiknas dan juga Presiden Jokowi terkait nasib kami, karena kami juga ada di garis depan penanganan pasien Covid-19," ujar Jacob mewakili ratusan calon dokter spesialis dari FK Unsrat ini.