Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra meracik kopi pesanan pelanggan di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa meracik kopi pesanan pelanggan di Mata Hati Koffie di Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (21/7/2020). Barista muda yang mengalami kebutaan total sejak umur 12 tahun dan masih kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ ini sejak Februari membuka kedai kopi. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa meracik kopi di Mata Hati Koffie di Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (21/7/2020). Sejak pandemi corona ia tetap semangat berjuang mencari nafkah walau pendapatannya berkurang dari sebelum pandemi Rp 1 juta /hari kini Rp 200 hingga Rp 300 ribu/hari. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra meracik kopi pesanan pelanggan di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra membawa kopi untuk pelanggan di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra menyediakan kopi untuk pelanggan di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra melayani pelanggan di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)
Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra menunjukkan kopi racikannya di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/7/2020). (merdeka.com/Arie Basuki)