Liputan6.com, Jakarta - Polri memulai pemeriksaan terhadap tersangka kasus pembobolan kas BNI senilai Rp 1,2 triliun, Maria Pauline Lumowa (MPL). Penyidik melakukan pemeriksaan sejak pukul 10.30 WIB.
"Penyidik Ditipideksus (Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus) telah dan sedang berlangsung, melakukan pemeriksaan terhadap tersangka MPL terkait kasus LC fiktif," tutur Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (21/7/2020).
Advertisement
Awi menyebut, dalam pemeriksaan tersebut Maria Lumowa didampingi oleh pengacaranya, Alexander Weenas.
"Sampai hari ini ada 14 saksi yang diperiksa dan penyidik akan melakukan pemeriksaan tambahan terhadap 8 orang saksi dan 1 orang saksi ahli tindak pidana korupsi yang dilaksanakan dalam periode tanggal 20 Juli sampai dengan 29 Juli 2020," jelas dia.
Polri kini berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi DKI terkait masa perpanjangan penahanan dan pemberkasan syarat formil dan materi berkas.
"Tentunya kaitan dengan kasus tersebut, nanti disampaikan perkembangannya," Awi menandaskan.
Tersangka kasus pembobolan kas BNI senilai Rp 1,2 triliun, Maria Pauline Lumowa telah menunjuk pengacara yang ada dalam daftar pilihan Kedutaan Besar Belanda. Proses hukum pun segera dilanjutkan penyidik.
"Pada Minggu 20 Juli 2020, MPL telah menunjuk pengacara dari list yang beberapa waktu lalu diajukan Kedubes Belanda dan telah dilakukan tanda tangan kontrak," tutur Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono di kantornya, Jakarta Selatan, Senin 20 Juli 2020.
Menurut Awi, penyidik kini tinggal menunggu pengacara yang ditunjuk itu untuk mempelajari perkara yang menjerat Maria Lumowa.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kasus Kedaluwarsa pada Oktober 2021
Sebelumnya pihak Kedutaan Besar Belanda menyatakan tidak akan mendampingi tersangka Maria Pauline Lumowa dalam pemeriksaan kasus pembobolan kas Bank BNI senilai Rp 1,2 triliun.
Namun demikian, Kedubes Belanda menyiapkan sejumlah nama pengacara untuk dipilih mendampingi Maria selama pemeriksaan di Bareskrim Polri.
Dalam kasus ini, penyidik Bareskrim telah memeriksa sebanyak 14 saksi. "14 saksi sudah diperiksa, termasuk saksi yang sedang menjalani hukuman, yang sudah bebas serta pihak BNI 46," ucap Awi.
Penyidik juga telah menyita aset-aset milik tersangka Maria Pauline Lumowa senilai Rp 132 miliar. Pencarian dan penyitaan aset dilakukan selama Maria kabur ke luar negeri.
Penyidik berusaha menangani dan menuntaskan kasus ini sesegera mungkin mengingat perkara tersebut akan dinyatakan kedaluwarsa pada Oktober 2021.
Dalam kasus pembobolan kas Bank BNI cabang Kebayoran Baru lewat Letter of Credit (L/C) fiktif, polisi menetapkan 16 orang sebagai tersangka termasuk Maria Pauline Lumowa dan Adrian Waworuntu.
Pada periode Oktober 2002 hingga Juli 2003, Bank BNI mengucurkan pinjaman senilai Rp 1,2 triliun kepada PT Gramarindo Group yang dimiliki Maria Pauline Lumowa dan Adrian Waworuntu.
Pada Juni 2003, pihak BNI yang curiga dengan transaksi keuangan PT Gramarindo Group mulai melakukan penyelidikan dan mendapati perusahaan tersebut tak pernah melakukan ekspor.
Dugaan L/C fiktif ini kemudian dilaporkan ke Mabes Polri, namun Maria Pauline Lumowa sudah lebih dahulu terbang ke Singapura pada September 2003 atau sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh tim khusus yang dibentuk Mabes Polri.
Dalam kasus ini, Adrian dan 14 orang lainnya telah menjalani hukuman. Sementara Maria Pauline kabur ke luar negeri selama 17 tahun. Dia akhirnya berhasil diesktradisi dari Serbia pada 9 Juli 2020 lalu.
Advertisement