Pemulihan Ekonomi dari Covid-19 Butuh Waktu Panjang

Ketidakpastian mengenai covid-19 membuat pemulihan ekonomi bakal memakan waktu

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2020, 16:00 WIB
Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal memperkirakan pemulihan ekonomi secara globl akan memakan waktu lama.

Sebab, ketidakpastian masih tinggi, seiring dengan penyebaran virus yang masih luas ditambah jumlah kasus meningkat.

"Pemulihan ekonomi global menurut kami baru terjadi kalau wabah tertangani," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (21/7/2020).

Dia menambahkan, ekonomi global sendiri saat ini diperkirakan akan masuk jurang resesi. Resesi bahkan terdalam sejak 1930, dan terdalam juga sejak perang dunia kedua.

Lembaga-lembaga keuangan dunia seperti Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juga telah pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

"Ada prediksi di Januari awal tahun smp April makin pesimis dan terakhir bsai lihat IMF -4,9 persen OECD bahkan sampai minus 6 persen ini sangat bisa dimengerti karena kasus positif covid-19 di dunia terus meingkat," kata dia.

 

Saksiksn Video Pilihan di Bawah Ini:


Tergantung Kebijakan Negara

Aktivitas pengunjung di Sumarecon Mall Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/5/2020). Sumarecon Mall Bekasi akan menjadi mal percontohan dalam menerapkan New Normal di bidang perniagaan yang rencananya akan dibuka secara bertahap mulai 8 Juni seiring berakhirnya PSBB di Bekasi.(merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dia melanjutkan, proses pemulihan ke depan akan variatif tergantung dari berbagai kebijakan diambil oleh suatu negara.

Indonesia sendiri bahkan sudah menggulirkan program pemulihan ekonomi nasional atau (PEN) dengan ratusan triliun. Itu diharapkan agar ekonomi domestik bisa bangkit.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya