Profil Achmad Yurianto, Sosok Paling Ditunggu Se-Indonesia Raya di Masa Pandemi Corona

Lima bulan lamanya Achmad Yurianto menjadi juru bicara penanganan Corona COVID-19 di Indonesia.

oleh Aditya Eka PrawiraFitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Jul 2020, 16:27 WIB
Juru Bicara Pemerintah untuk Penananganan Virus Corona Achmad Yurianto. (dok BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Achmad Yurianto resmi menanggalkan jabatan juru bicara percepatan penanganan COVID-19. Mulai hari ini, Selasa, 21 Juli 2020, posisi tersebut ditempati Prof Wiku Adisasmito.

Lima bulan terakhir, Yuri---sapaan Achmad Yurianto---menjelma menjadi sosok paling ditunggu setiap hari di pukul 15.30 WIB. Itu terlihat jelas dari komentar yang masuk setiap Gugus Tugas akan mengumumkan data terbaru penanganan Corona di Indonesia.

Pada hari ini, Selasa sore, 21 Juli 2020, komentar dari warganet pun masih mempertanyakan alasan Achmad Yurianto digantikan Prof Wiku. 

"Kami rindu Pak Yuri," tulis akun Robert Kubica.

"Fans Master Yuri hadir," tulis Al Amin Geplek.

"Pak Yuri diganti, gaes," sahut Musavir Ganteng.

Tak hanya itu, warganet juga mengenang sosok Achmad Yuri dengan menuliskan kalimat-kalimat yang seringkali diucapkan pria berkacamata tersebut.

"Terima kasih Dokter Reisa," tulis Gilang Wage.

"Oleh karena itu," tulis Arlansyah

"Oleh karena itu, mari kita harus aman dari COVID-19 dan produktif," tulis Arya Widi Bagaskara.

"Hari ini kami laporkan perkembangan terkini," tulis Titin Supriatin.

"Sudah barang tentu,"

"Kami akan melaporkan kinerja data,"

"Kita pasti bisa," tulis Robert Kubica.

Sementara di Twitter, akun @aliviaawin menuliskan,"Daripada kalimatnya, masker beliau yang selalu matching dan fashionable tiap prescon bakal selalu kukenang.".

Simak Video Menarik Berikut Ini


Kisah di Balik Batik Achmad Yurianto

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (14/6/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Ibarat sosok media daring, Yuri pun dibanjiri pertanyaan terkait perkembangan kasus COVID-29 di Tanah Air. Tak heran, ponselnya penuh dengan telepon dan pesan singkat yang masuk. Menanyakan seputar data kasus COVID-19 juga isu-isu lain, seperti hoaks atau kabar viral yang beredar.

"Iya, betul. Banyak media (jurnalis) yang nanya soal update data dan lain-lain. Semuanya mintanya ke saya. Sampai, misalnya, saya diminta mengomentari Youtube orang lain," ujar Yuri.

Selain soal perkembangan kasus COVID-19, salah satu sorotan teman-teman jurnalis kepada Yuri yakni batik dan kain masker batik yang dikenakannya. Kedua hal ini pun kerap menjadi perbincangan di kalangan jurnalis.

Tak heran, sebelum konferensi pers dimulai, komentar seperti, 'Pak Yuri hari ini pakai batik model apa ya?' memenuhi kolom komentar di media sosial BNPB, yang menyiarkan konferensi pers tersebut.

Menanggapi itu, Yuri pun berkomentar, "Ya, saya punyanya batik di rumah. Pakainya ya batik (tidak ada maksud tertentu). Tinggal cari aja kok ke toko pakaian batik. Banyak itu model-model batiknya."

 


Profil Achmad Yurianto alias Pak Yuri

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (24/6/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Menilik riwayat pekerjaan Yuri, ia lama menimba pengalaman menjadi dokter militer. Pria kelahiran Malang, 11 Maret 1962 ini merupakan lulusan Sarjana Kedokteran Universitas Airlangga tahun 1990. Ia menjadi Perwira Pertama (PAMA) Kesdam V/BRW pada 1987 dan dokter Yonif pada 1991. Di tahun yang sama, ia menjadi PAMA Kesdam IX/UDY.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Health Liputan6.com dari Kementerian Kesehatan, Yuri juga menjabat Kaurminkes Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah) Dili pada 1994. Tiga tahun kemudian, pada 1997, Yuri mengabdi di Kostrad TNI Angkatan Darat sebagai PS Kepala Seksi Kesehatan Militer (Kesmilkes) Kostrad pada 1997. Selang setahun kemudian, pada 1998, ia naik menjadi Kepala Seksi Kesmilkes Kostrad.

Pada 1998 juga Yuri menjabat Wakil Komandan Yonkes Divisi Kostrad. Memasuki tahun 2000, ia menjabat Guru Militer (Gumil) Golongan VI Depeng Kesehatan Lapangan Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) TNI dan Gumil Golongan V pada 2002.

Tahun 2003, Yuri menjadi Kadepeng Kesehatan Militer Pusdikkes dan Komandan Denkesyah 03.04.04 Serang  pada 2004. Dua tahun kemudian, pada 2006, Yuri sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit Tk II Dustira Bandung. Kiprahnya tahun 2008 sebagai Wakil Kepala Kesdam IV/DIP dan Kepala Kesdam XVI/PTM pada 2009. Pada 2011, Yuri sebagai Kepala Kadisdukkesops Pusat Kesehatan TNI.

Perjalanan karier Yuri pada 2015 menjadi Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan. Para jurnalis yang biasa bertugas di Kementerian Kesehatan mulai mengenal Yuri sejak ia menjadi Kepala Puskrisis Kemenkes. Setiap ada bencana, gempa bumi juga tanah longsor, Yuri berada di lokasi bencana dan mengabarkan perkembangan situasi, yang mana jurnalis banyak yang menghubunginya.

Jabatan sebagai Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan diduduki Yuri pada 1 Agustus 2019. Selang 7 bulan kemudian, ia resmi dilantik menjadi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan pada 9 Maret 2020. 


Hari-Hari Pak Yuri Jadi Jubir Penanganan Corona di Indonesia

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (10/7/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Fotografer Ignatius Toto Satrio)

Semenjak didapuk menjadi Jubir COVID-19, sosok Yuri pun menjadi sorotan nasional dan internasional. Pada waktu menerima tugas sebagai Jubir COVID-19, ia mengaku, awalnya tidak tahu tugas menjadi juru bicara seperti apa dan bagaimana. Walaupun begitu, ia menjalani pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya.

"Saya jalani saja menjadi Jubir COVID-19. Dunia saya kan dunia tentara, dengan pimpinan ya enggak usah mikir pertimbangan macam-macam. Saya terima jadi Jubir. Sikatlah. Jalanin saja. Memang pada waktu itu saya enggak tahu Jubir itu tugasnya ngapain aja. Tapi karena pekerjaan saya banyak berbicara ya makanya saya dijadikan Jubir," ungkapnya, yang kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.

"Awal-awal konferensi pers saat jadi Jubir ya biasa aja. Enggak ada kendala atau hambatan. Ini bukan pertama kalinya saya mengerjakan pekerjaan ini. Sebelumnya saya ke lapangan ketika ada bencana. Jadi, saya memberi laporan juga terkait bencana di tempat bencana langsung. Menyampaikan laporan, terutama terkait bencana adalah sesuatu yang sudah biasa saya kerjakan." 

Yuri menyampaikan, selama menjadi Jubir COVID-19, bukan berarti ia bekerja sendirian. Ada tim yang bekerja untuk mengumpulkan data.

Data terkait COVID-19 yang biasa kita dengarkan sekarang setiap pukul 15.30 WIB merupakan hasil kerja sama Yuri bersama tim. Dalam hal ini, dukungan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

"Persiapan sebelum konferensi pers sekarang setiap pukul 15.30 WIB, kita ada tim yang bertugas mengumpulkan data setiap jam 12.00 siang. Data yang diperoleh dikaji oleh tim. Ya, kesimpulannya apa, lalu didiskusikan sama saya. Kemudian ya saya ngomong (sesi konferensi pers). Ya gitu aja. Lagi pula kita juga sudah lama ini kan kerjanya, ada 70 hari lebih," Yuri menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya