Suara Kokpit Pesawat Ukraina Jatuh Dirudal Iran Berhasil Diunduh, Apa Isinya?

Data suara pesawat maskapai Ukraine International Airlines yang jatuh karena rudal Iran telah berhasil diunduh, dan akan mulai dianalisis pada Selasa dini hari waktu setempat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Jul 2020, 07:02 WIB
Orang-orang berjalan di antara puing-puing setelah pesawat Boeing 737 jatuh di dekat Bandara Internasional, Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang pesawat maskapai Ukraina yang membawa 176 orang termasuk kru tersebut dilaporkan tewas. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta- Investigator kecelakaan pesawat komersil Ukraina, Ukraine International Airlines, yang jatuh karena rudal Iran, berhasil mendapatkan rekaman suaranya. 

Hal tersebut diumumkan Badan Investigasi Penerbangan Prancis, BEA, yang menyampaikan via Twitter bahwa data CVR dan FDR telah "berhasil diunduh," yang mengacu pada data perekam suara kokpit dan penerbangan.

Rekaman suara dan data penerbangan dari kotak hitam pesawat itu akan mulai dianalisis pada Selasa 21 Juli, kata BEA. Namun meskipun data suara pesawat tersebut berhasil diunduh, BEA belum mengungkapkan isinya.

Selain itu, juru bicara BEA juga mengatakan bahwa informasi terkait rekaman tergantung pada keputusan Iran yang memimpin penyelidikan.

Pengunduhan data dari pesawat itu dilakukan dengan penyelidik dari Iran bersama para ahli dan perwakilan dari Kanada, AS, Swedia dan Inggris, dan perwakilan dari Ukraine International Airlines.

Pada Juni, Iran sepakat untuk mengirim data perekam suara di pesawat tersebut kepada BEA untuk dianalisis, yang menandai akhir dari ketegangan dengan Kanada, Ukraina dan Prancis. 

Kecelakaan pesawat Boeing 737 yang jatuh karena rudal Iran itu menewaskan sebanyak 176 orang, termasuk 57 warga negara Kanada, seperti dikutip dari US News, Rabu (22/7/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:


Upaya Pengunduhan Sebagai Langkah Besar

Suasana saat tim penyelamat mencari korban pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang beserta kru yang berada dalam pesawat tersebut dilaporkan tewas. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Menteri Luar Negeri Kanada, Francois Philippe Champagne menyatakan keraguannya soal laporan sementara dari Organisasi Penerbangan Sipil Iran, yang menyalahkan ketidakselarasan dari sistem radar dan kurangnya komunikasi antara operator pertahanan udara dan komandannya bahkan untuk insiden pesawat jatuh itu.

Menlu Philippe mengatakan kepada Reuters via telepon, "Saya tidak mempercayai banyak kredibilitas dalam laporan itu. (Kecelakaan) ini bukan hanya hasil dari kesalahan manusia. Saya pikir itu akan menjadi penyederhanaan yang berlebihan dari apa yang sebenarnya terjadi."

"Kita perlu memahami siapa orang yang bertanggung jawab, siapa yang memberi perintah itu, bagaimana mungkin wilayah udara masih terbuka, bagaimana rudal ini ditembakkan?," tambah Menlu  Philippe.

Upaya pengunduhan data pesawat itu disebut oleh Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Kanada (TSB), Kathy Fox, sebagai "langkah yang besar untuk kedepannya."

Kathy Fox juga menambahkan dalam sebuah wawancara bahwa "langkah selanjutnya tentu saja akan memvalidasi data itu, dan memeriksa kualitasnya."

Berdasarkan kebijakan global yang mengatur investigasi kecelakaan pesawat terbang, negara lokasi kejadiaan dianggap bertanggung jawab atas investigasi.

Mengacu pada aturan-aturan itu, Kanada berniat merevisinya, kata Kathy Fox.

Kebijakan tersebut dikenal dengan nama resmi mereka, yaitu  "Annex 13," dimana suatu negara akan diminta untuk menyelidiki militernya bila kecelakaan terjadi.

"Kami berpikir bahwa Annex 13 perlu ditinjau dan direvisi untuk menghadapi situasi yang sangat spesifik ini," Jelas Kathy Fox, namun ia tidak menjelaskan lebih detail bagaimana kebijakan tersebut harus diubah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya