Eijkman: Indonesia Tak Bisa Bergantung pada Vaksin COVID-19 dari Luar Negeri

Pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri akan tetap dikembangkan meski pemerintah baru saja mendatangkan vaksin dari China untuk diuji klinis di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Jul 2020, 10:08 WIB
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia baru-baru ini mendatangkan vaksin COVID-19 dari perusahaan China Sinovac untuk bisa diuji klinis pada masyarakat di dalam negeri.

Walau begitu, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menegaskan bahwa vaksin COVID-19 tersebut tidak akan menghentikan pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri.

"Kebijakan yang diambil oleh pemerintah, istilahnya double track. Satu track memang mengutamakan vaksin yang dibuat di Indonesia sendiri, tetapi kan kita mulainya agak belakangan," kata Amin kepada Health Liputan6.com pada Selasa (21/7/2020).

Amin mengatakan, dengan meningkatnya aktivitas di Indonesia, vaksin yang cocok untuk digunakan di dalam negeri dinilai dibutuhkan di tanah air. Namun, ia mengingatkan bahwa kapasitas produksi di luar negeri tidak mungkin mencukupi seluruh penduduk Indonesia.

"Jadi apa pun yang terjadi dengan vaksin dari luar negeri, Indonesia tetap tidak bisa bergantung pada vaksin dari luar negeri."

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Tak Bisa Bergantung dari Negara Lain

Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Amin mengatakan penggunaan vaksin dari luar negeri ini hanya diberlakukan untuk jangka pendek saja. Itu pun apabila hasil uji klinisnya sukses.

"Tapi untuk ketersediaan vaksin secara berkesinambungan, untuk jangka waktu panjang, kita mesti bikin sendiri," ujarnya.

"Tidak bisa bergantung sama orang lain karena negara lain juga kapasitas produksinya dipakai untuk membantu negaranya sendiri juga negara-negara lain yang tidak bisa bikin vaksin."

Untuk saat ini, Amin mengatakan bahwa Indonesia masih harus menunggu hasil uji klinis vaksin COVID-19 dari Sinovac untuk melihat apakah produk itu bisa digunakan atau tidak bagi masyarakat tanah air.

"Kita harus menunggu uji klinis yang di Indonesia apakah dia bisa membangunkan antibodi kemudian bisa melindungi orang Indonesia dan apakah cukup aman. Itu yang mau dibuktikan untuk saat ini," kata Amin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya