Menurut Studi, Kubis Bisa Bantu Cegah COVID-19

Sebuah penelitian baru di Prancis menunjukkan bahwa makanan yang mengandung kubis mentah ataupun yang difermentasi kemungkinan bermanfaat melawan virus corona. baru.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 24 Jul 2020, 20:00 WIB
Ilustrasi Foto Kubis Ungu (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian baru di Prancis menunjukkan bahwa makanan yang mengandung kubis mentah ataupun yang difermentasi kemungkinan bermanfaat melawan virus corona. South China Morning Post melaporkan, kubis mengurangi kadar senyawa yang membantu virus menginfeksi tubuh.

Kubis mentah atau pun difermentasi menjadi acar seperti sauerkraut atau coleslaw, kimchi bisa membantu orang membangun daya tahan terhadap virus Corona baru. Para peneliti di Eropa mengatakan, kandungan antioksidan yang melimpah pada kubis bisa menjelaskan mengapa negara-negara yang memasukkan kubis dalam menu makanan mereka seperti Jerman dan Korea Selatan memiliki tingkat fatalitas yang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Amerika Serikat.

Melansir laman New York Post, profesor paru di Montpellier University, Prancis Dr Jean Bousquet mengatakan, pola makan bisa jadi berperan lebih besar dalam menentukan siapa yang terpapar virus dan seberapa baik mereka melawan virus tersebut.

"Ada sedikit perhatian terhadap sebaran dan keparahan virus, serta perbedaan pola makan (diet) tiap regional, tapi perubahan pola makan mungkin mendatangkan manfaat besar. Nutrisi berepan dalam daya tahan tubuh melawan COVID-19, dan juga menjelaskan beberapa perbedaan yang terlihat dalam hal kasus COVID-19 di Eropa. Sekarang saya mengubah pola makan saya, dan memasukkan menu kubis mentah tiga kali seminggu, sauerkraut sekali seminggu, serta acar sayuran," ujar Bousquet.

Menurutnya dengan memahami perbedaan tersebut serta faktor-faktor pelindung seperti pola makan sangatlah penting. "Dan pada akhinya membantu mengendalikan epidemi ini."

 

Simak Video Berikut Ini:


Makanan kaya antioksidan bisa jadi kunci mengontrol pandemi

ilustrasi kimchi sujebi/copyright by TMON (Shutterstock)

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical and Translational Allergy itu mempelajari tingkat kematian akibat virus dan perbedaan pola makan tiap negara. Studi menemukan, Jerman secara signifikan memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, begitu pula dengan Austria, Republik Czech, Polandia, Slovakia, negara-negara bagian Baltik dan Finlandia di mana kubis sangat populer.

Tingkat kematian juga rendah di Bulgaria, Yunani, dan Romania. Sementara tingkat kematian terkait COVID-19 lebih tinggi di Belgia, Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris di mana kubis jarang dikonsumsi.

Bousquet yang pernah menjabat di kursi dewan Aliansi Global melawan Penyakit Pernapasan Kronis WHO mengatakan bahwa makanan kaya antioksidan bisa jadi ujung tombak yang dicari oleh para peneliti untuk membendung pandemi.

"Makanan yang difermentasi memiliki aktivitas antioksidan yang ampuh dan bisa melindungi diri terhadap COVID-19 yang parah," ujarnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya