Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi jika puncak musim kemarau di Jawa Timur terjadi pada Agustus 2020, seiring saat ini sejumlah wilayah di daerah setempat sudah mengalami hari tanpa hujan.
Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menuturkan, akibat dari puncak musim kemarau itu sejumlah wilayah berpotensi terjadi kekeringan.
"Sejumlah wilayah Jawa Timur pada umumnya kriteria sangat pendek dan menengah. Terdapat kriteria masih ada hujan di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi, dan Bangkalan," tutur dia, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 21 Juli 2020.
Baca Juga
Advertisement
Ia menuturkan, untuk sebagian wilayah kabupaten yang sudah 31-60 hari berturut-turut tidak mengalami hujan di antaranya Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Magetan, Gresik, Malang Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Bondowoso, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.
"Curah hujan Dasarian III Juli 2020 Provinsi Jawa Timur (deterministik) pada umumnya diprakirakan berkisar 0-50 mm dengan peluang (probabilistik) lebih dari 90 persen," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BMKG Imbau Pemda Antisipasi Dampak Kekeringan
Dia menuturkan, secara nasional berdasarkan hasil monitoring kejadian hari kering berturut-turut dan prediksi probabilistik curah hujan dasarian, terdapat indikasi potensi kekeringan meteorologis hingga dua dasarian ke depan dengan status waspada hingga awas.
"Dari hasil monitoring tersebut, wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan meteorologis dengan kategori waspada di antaranya adalah, Bali, Jawa Barat, Jateng, Jatim, Maluku, NTB dan juga NTT," ujar dia.
Sementara wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan meteorologis dengan kategori siaga di antaranya Bali, DI Yogyakarta, Pasuruan Jawa Timur.
"BMKG mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang wilayah berada dalam daftar di atas untuk mengantisipasi dampak kekeringan ini terhadap sektor pertanian, yaitu berkurangnya pasokan air pada lahan pertanian," ujar Teguh.
Advertisement