Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM Dadan Kusdiana meyakini harga Dimethyl Ether (DME) atau gas dari batu bara sebagai pengganti liquified petroleum gas (LPG) akan lebih murah.
Hal itu dikarenakan DME memiliki kandungan energi yang lebih sedikit dibandig LPG. Ditambah lagi, DME diproduksi di dalam negeri dengan memanfaatkan stok batu bara dalam negeri, yang pastinya lebih ekonomis daripada impor.
Advertisement
"Harganya nanti, pastinya harus lebih murah dalam satuan kilogram dibandingkan LPG karena kandungan energinya lebih sedikit," jelas Dadan dalam pemaparannya kepada awak media, Rabu (22/7/2020).
Sebagai informasi, DME ialah salah satu alternatif sumber bahan bakar yang sedang dicanangkan pemerintah bisa mengganti penggunaan LPG. Menurut Dadan, DME memiliki kemiripan sifat dengan LPG, namun memiliki pembakaran yang lebih cepat karena sifat senyawanya sederhana (mengandung CH3OCH3).
Selain itu, DME juga mudah terurai di udara sehingga tidak merusak lapisan ozon, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx serta tidak mengandung sulfur.
Sudah Teruji
Secara teknis, DME sudah teruji di beberapa titik rumah tangga, seperti di wilayah Jakarta, Palembang dan Muara Enim. Dalam uji terap yang dilakukan Balitbang ESDM kepada 250 KK pada tahun 2017, 2019 dan 2020, terdapat beberapa hasil penggunaan campuran DME.
"Untuk rumah tangga, hasilnya ialah mudah dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api normal, mudah dalam pengendalian nyala api, warna api biru, meskipun waktu memasak lebih lama, 1,1 hingga 1,2 kali dari LPG," jelas Dadan.
Kendati, secara keekonomian, pihaknya belum bisa memastikan harga pasti DME ini. Ada beberapa hal yang masih harus dikaji lebih lanjut.
Advertisement
Ada Subsidi
"Pertama, harga LPG, karena nanti akan kita bandingkan dengan harga DME. Kedua, dari sisi bahan baku, termasuk dari harga DME secara internasional, ini sedang diteliti Balitbang (ESDM)," jelasnya.
Yang jelas, jika nanti DME bisa menjadi substitusi LPG, pemerintah akan tetap memberikan subsidi, meskipun jumlahnya kemungkinan tidak lebih besar dari subsidi LPG.