Punya Potensi Melimpah, Gastronomi Bisa Jadi Tulang Punggung Pariwisata Indonesia

Kekayaan wisata kuliner nasional jadi elemen penting wisata gastronomi dan sangat berpotensi untuk terus dikembangkan.

oleh Henry diperbarui 23 Jul 2020, 12:02 WIB
Chef Gordon Ramsay Belajar Masak Rendang Padang dari William Wongso. (dok.Twitter @kih_yun/https://twitter.com/kih_yun/status/1264387569539641347/Henry)

Liputan6.com, Jakarta -  Gastronomi merupakan seni makan yang baik, yang mempelajari hubungan makanan dalam kaitannya dengan pengetahuan sejarah dan budaya suatu daerah, sebagai kearifan lokal masyarakat setempat. Karena itu gastronomi bukan hanya tentang kuliner tapi bisa menjadi potensi wisata yang bisa menarik banyak orang.

Kekayaan wisata kuliner nasional yang menjadi elemen penting wisata gastronomi jadi alasan utama karena sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Bahkan gastronomi bisa menjadi andalan atau tulang punggung pariwsata Indonesia.

Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal mudah. Menurut Vita Datau, Ketua Indonesia Gastronomi Network, setidaknya ada sejumlah kendala dalam peningkatan daya saing dan kualitas wisata gastronomi. Yaitu kebersihan, kesehatan, keamanan makanan; pelayanan sumber daya manusia; pelestarian melalui program pendidikan; pengembangan berkelanjutan; serta tenaga kerja yang semakin berkurang.

"Gastronomi itu rangkaian dari proses hulu ke hilir. Sebab, komersialisasinya bisa dimulai dari wisata agrikultur, wisata organik, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat makanan," terangnya dalam Webinar Rantai Gastronomi Nusantara Semasa Pemulihan Bumi, Rabu, 22 Juli 2020.

"Gaya cerita yang kuat tentang gastronomi Indonesia bisa membuat eksposur pada proses kuliner nusantara. Kalau gastronomi dibina dengan baik, semua aspek akan tersentuh, hasilnya juga akan baik," lanjut wanita yang pernah menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata ini.

Vita menambahkan, Indonesia punya potensi wisata yang luar biasa dari bidang gastronomi. Selain makanan, Indonesia punya tiga unsur penting dalam gastronomi yaitu budaya (culture), sejarah (history) dan cerita (storytelling).

"Dari segi budaya, kita punya banyak ritual dan kebiasaan yang sangat khas termasuk dalam hal kuliner. Begitu juga dengan sejarah. Tiap daerah punya sejarah tentang makanan khas mereka mulai dari bahan-bahan, bumbu sampai cara memasak dan penyajiannya. Semua itu akan menghasilkan cerita yang bisa menarik minat banyak orang terutama wisatawan mancanegara," tutur Vita Datau.

Meski punya potensi besar, harus ada sejumlah unsur penunjang seperti promosi agar bisa lebih menarik perhatian. Salah satu bukti besarnya potensi gastronomi Indonesia adalah kehadiran chef terkenal Gordon Ramsay saat membuat program untuk National Geographic Channel di awal tahun ini. Vita yang ikut mendampingi Chef Gordon bersama William Wongso, melihat antusiasme yang sangat besar dari pria asal Inggris itu dalam membuat makanan khas Indonesia seperti rendang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kunjungan Gordon Ramsay

Chef Ragil co-owner restoran NUSA Indonesian Gastronomy di Kemang, Jakarta. (dok.Instagram @nusagastronomy/https://www.instagram.com/p/CCm-u43Au8N/Henry)

"Kunjungan Gordon Ramsay bisa jadi contoh untuk menunjukkan sekaligus mempromosikan gastronomi kita. Dia bukan hanya membeli dan meracik sendiri bumbu lalu memasak makanan seperti rendang, tapi juga tertarik mengikuti cerita dari makanan dan budaya khas Sumatera Barat, itu satu contoh wisata gatsronomi Indonesia yang punya potensi sangat besar," ujarnya.

Sarana promsi lainnya bisa juga melalui sejumlah restoran gastronomi yang beberapa tahun belakangan ini semakin berkembang. Salah satunya adalah restoran NUSA Indonesian Gastronony yang dikelola oleh Chef Ragil Imam Wibowo.

Menurut pria yang pernah menjadi host program kuliner di televisi ini, secara umum, hidangan gastronomi memberikan pengalaman rasa yang berbeda. Banyak yang ketagihan hidangan gastronomi, karena memang hadir dengan detail yang sedemikian rupa sengaja diciptakan.

"Mulai dari makanan yang awal sampai makanan akhir mau pulang itu semuanya hadir dengan diatur. Diatur teksturnya, rasanya, lalu juga presentasinya, kemudian pengalaman rasanya di mulut itu diatur sedemikian rupa. Sehingga akhirnya inilah yang bisa memberikan sebuah pengalaman baru saat makan untuk orang-orang," terang Chef Ragil dalam kesempatan yang sama.

Hidangan gastronomi menurut Chef Ragil memang telah mengalami perkembangan kalau dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Setidaknya di kota besar seperti di Jakarta.

"Peminatnya dari segala usia dan kalangan, ya mereka yang cinta makanan Indonesia, mau tahu soal makanan Indonesia, dan menghargai makanan Indonesia. Mereka yang datang ke sini itu merasa full surprise melihat makanan Indonesia bisa dikemas beda dari tempat-tempat yang lain," terang Chef Ragil.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya