Harga Minyak Turun Dibayangi Meningkatnya Ketegangan AS-China

Harga minyak mentah Brent turun 3 sen menjadi USD 44,29 per barel.

oleh Athika Rahma diperbarui 23 Jul 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bergerak lebih rendah pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena data pemerintah AS menunjukkan kenaikan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS.

Pergerakan harga minyak ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China.

Dikutio dari CNBC, Kamis (23/7/2020), harga minyak mentah Brent turun 3 sen menjadi USD 44,29 per barel. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 2 sen ke level USD 41,90 per barel.

Berdasarkan laporan Administrasi Informasi Energi persediaan minyak mentah dan sulingan di AS naik secara tak terduga dan permintaan bahan bakar tergelincir dalam minggu terakhir. Hal ini karena kasus virus corona telah mulai memukul konsumsi AS.

Persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel dalam sepekan hingga 17 Juli menjadi 536,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel. Produksi minyak naik menjadi 11,1 juta barel atau naik 100.000 barel per hari.

"Secara keseluruhan ini menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya terkendala," kata Phil Flynn, Analis Senior Grup Price Futures di Chicago.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kasus Corona di AS

Layar menunjukkan ucapan terima kasih terhadap petugas kesehatan terlihat di Times Square, New York, AS, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins hingga 29 April 2020 WIB, jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa wabah mungkin akan memburuk sebelum akhirnya membaik.

Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen mengatakan komentar Trump mungkin disambut baik oleh investor karena mereka mengukur kemungkinan yang dikatakan oleh pemerintahannya sejauh ini.

“Ini bisa menjadi positif bagi prospek permintaan minyak. Alih-alih gelombang penguncian kedua yang tidak terkontrol dan mengganggu, mungkin sekarang ada peluang bahwa Amerika Serikat pada akhirnya membuat penyebaran virus menjadi terkendali," kata Tonhaugen.

Namun, pertikaian baru antara Washington dan Beijing menekan harga setelah Amerika Serikat mengatakan kepada konsulat China di Houston untuk menutup. Selain itu, sebuah sumber mengatakan Cina sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan.

Tekanan lain pada harga minyak yaitu tanda-tanda bahwa Irak, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara Pengekspor Minyak, masih belum memenuhi targetnya di bawah pakta yang dipimpin OPEC untuk memotong pasokan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya