Liputan6.com, Jakarta Ambisius, kata yang cocok disematkan untuk Lina Bettayeb, seorang influencer disabilitas asal London, Inggris.
“Saya menggambarkan diri saya sebagai individu yang ambisius yang melakukan yang terbaik untuk mengatasi tantangan juga mencoba melihat sisi positif dari suatu situasi,” ujarnya kepada Disability Horizons.
Advertisement
Kecelakaan mobil pada 2014 membuat tubuhnya lumpuh dari dada ke bawah. Namun, hal tersebut tak menyurutkan minatnya pada petualangan dan menyebut dirinya sebagai pecandu adrenalin.
Peristiwa itu terjadi saat ia menginjak usia 16, butuh waktu lama baginya untuk menerima perubahan yang dirasakan tubuhnya. Bahkan, hingga kini ia sempat beberapa kali merasa bahwa ini tidak nyata.
“Faktanya, saya tahu seperti apa hidup sebagai orang non-disabilitas dan keadaan disabilitas telah banyak membuka mata saya.”
Gadis usia 22 ini mengaku kehidupannya menjadi lebih sulit karena tidak dapat mandiri dan banyak bergantung pada orang lain. Banyak hal yang tidak ia ketahui sebelum kecelakaan menimpanya dan kini ia salut pada perjuangan orang-orang dengan disabilitas fisik.
“Saya tentu saja orang yang ambisius, tetapi motivasi saya pasti naik ke tingkat yang lebih tinggi setelah saya lumpuh. Saya ingin menantang batasan dan penghalang apapun yang ada dalam pikiran saya dan pikiran orang lain yang meragukan apa yang bisa saya capai dalam keadaan disabilitas. Jika Anda tidak mencoba, bagaimana Anda akan tahu?”
Simak Video Berikut Ini:
Pelajaran dari Disabilitas Diri
Disabilitas yang ia sandang tidak membuat perempuan berhijab ini mundur. Sebaliknya, ia mengubah persepsi tentang kehidupan dan menjalaninya dengan lebih sabar.
“Persepsi saya tentang banyak hal juga berubah. Dari citra tubuh saya dan hubungan saya dengan Tuhan. Sangat gila saat baru menyadari nilai dari suatu hal setelah kehilangan.”
Cedera dan ketergantungannya pada kursi roda memaksanya untuk belajar menjadi pribadi yang lebih sabar karena segala sesuatu yang dikerjakan menjadi lebih lama dari sebelumnya. Ia juga menjadi lebih menghargai apa yang ia miliki sekarang.
“Saya menjadi lebih vokal juga karena tidak seorang pun kecuali saya yang tahu apa yang saya alami dan apa kebutuhan saya. Itu membuat saya lebih berempati karena saya tahu bagaimana rasanya berada dalam posisi kerentanan fisik yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya.”
Ide untuk menjadi seorang influencer di media sosial pun tercetus di tengah masa perawatan. Selama satu tahun penuh ia menjalani pengobatan di rumah sakit.
“Selama waktu itu, saya mulai mendokumentasikan perasaan dan kemajuan saya kepada orang-orang yang saya kenal. Dimulai dengan sebuah blog, di mana saya akan berbagi kemajuan terapi saya, serta pemikiran saya.”
Hal ini juga menjadi cara yang ia gunakan untuk tetap terhubung dengan teman-temannya.
“Saya kemudian mengembangkannya ke Instagram sehingga orang-orang dapat mengikuti pengalaman saya dan mengirimkan dukungan.”
Advertisement