Ketimbang Antibodi, Peneliti Inggris Sebut Sel T Punya Potensi Lebih Besar Melawan COVID-19

Peneliti Inggris menyebutkan bahwa sel T tampak berperan lebih besar dalam melawan COVID-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 ketimbang antibodi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Jul 2020, 19:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Selama ini peneliti melakukan studi pada antibodi untuk melihat apakah protein dalam tubuh seseorang telah melawan COVID-19.

Sebuah penelitian lain menemukan bahwa pasien terjangkit COVID-19 dan hanya mengalami gejala ringan tidak memiliki respons antibodi, tetapi menunjukkan sel T yang kuat dan spesifik.

Secara umum, sel T merupakan sel darah putih yang menyerang suatu penyakit secara langsung apabila sel-sel kekebalan tubuh biasa tidak berhasil melawannya.

Salah satu peneliti Rosemary Boyton, profesor imunologi di Imperial College London, Inggris mengatakan bahwa temuan mereka membuat layanan kesehatan harus mengeluarkan alat uji sel T apabila hal itu benar lebih bertahan lama dan lebih bisa diandalkan terkait kekebalan adaptif daripada antibodi terhadap COVID-10.

"Di awal pandemi, mantra kunci yang dulu kita butuhkan untuk mengubah permainan adalah data antibodi demi memahami siapa yang telah terinfeksi dan berapa banyak yang terlindungi," kata para peneliti dalam jurnal Science Immunology, dikutip Kamis (23/7/2020).

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Memori Sel T Berpotensi Lebih Lama

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

"Karena kita telah belajar lebih banyak mengenai infeksi yang menantang ini, sudah waktunya kita mengakui bahwa kita benar-benar membutuhkan data sel T juga," tambah mereka dikutip dari laman Science Immunology.

Boyton dan rekannya Daniel Altmann menyatakan bahwa respon antibodi umumnya lebih mudah dipelajari. Namun secara umum, sel T memainkan peran yang lebih penting dalam melindungi tubuh terhadap infeksi virus.

"Respons antibodi tampak berumur pendek dan memori sel T berpotensi lebih lama," kata Altmann dan Boyton seperit dikutip dari EurekAlert.

"Untuk sepenuhnya memahami kekebalan tingkat populasi, skrining baik untuk antibodi dan kekebalan sel T menggunakan metode pengujian standar akan bermanfaat," mereka menambahkan.

Menurut para peneliti, tes standar untuk mengukur kekebalan sel T terhadap SARS-CoV-2 dapat dirancang menggunakan metode yang serupa dengan tes kekebalan sel T terhadap Mycobacterium tuberculosis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya