Bos BCA: Transformasi Digital Tak Boleh Dipaksakan

Pandemi Covid-19 mendorong industri perbankan untuk bertranformasi ke sistem layanan digital.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2020, 19:00 WIB
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja saat memberi paparan kinerja kerja Bank BCA di Jakarta, (3/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 mendorong industri perbankan untuk bertranformasi ke sistem layanan digital. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi aktivitas masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Digitalisasi layanan perbankan akhirnya menjadi pilihan. Namun hal ini bukan sesuatu yang baru bagi masyarakat. Sebab transformasi digital sudah dilakukan beberapa perbankan jauh beberapa tahun sebelumnya.

"Kalau saat ini digitalisasi sudah dikenal masyarakat. Belanja zaman now lewat e-commerce, booking hotel sampai pesan taksi itu bisa pakai teknologi," kata Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja dalam Webinar Nasional bertajuk The Future of Digital Banking, Jakarta, Kamis (23/7/2020).

Selaiknya platform digital, para pengguna transaksi digital perbankan saat ini kata Jahja sebagian besar generasi muda dan generasi setelahnya yang mau beradaptasi dengan teknologi. Sebab mereka mengikuti perkembangan zaman.

 


Semua Kalangan

Presiden Direktur PT BCA Tbk, Jahja Setiaatmadja (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal ini tentu berbeda dalam industri perbankan. Nasabah dari perbankan tidak hanya digandrungi anak muda. Tetapi mencakup semua kalangan dari anak muda sampai generasi tua. Bahkan kepemilikan dana besar lebih banyak dimiliki nasabah yang sudah berumur.

Sebagai bank yang unggul dalam transformasi digital Jahja mengaku BCA masih memiliki 200 nasabah yang menggunakan SMS banking.

"Di bank BCA masih ada 200 ribu nasabah yang masih menggunakan SMS Banking. Ini kan angka yang tidak sedikit," kata Jahja.

Jahja mengingatkan, proses digitalisasi boleh saja dilakukan bank. Namun hal itu tidak berarti menghapus produk yang ada sebelumnya. Dalam proses digitalisasi sistem tetap harus berdasarkan kebutuhan nasabah.

Sehingga ketika bank memiliki produk baru, sebaiknya tidak memaksakan nasabah untuk langsung bertransformasi. Sebaliknya pendekatan yang dilakukan harus berbasis edukasi dan ajakan mencoba.

"Jadi jangan paksa nasabah, tapi diedukasi dan ditawarkan produk baru. Kalau nasabah nyaman, dia pasti akan berpindahs sendiri," kata dia.

 


Terus Dipertahankan

(Foto: Liputan6.com)

Hingga kini, produk transformasi digital BCA masih dipertahankan. Selain SMS Banking, ada internet banking dan mobile banking yang makin digandrungi para nasabah.

Jahja meyakini sejatinya bank hanya pelayan nasabah. Sehingga apapun yang masih dibutuhkan oleh nasabah menjadi prioritas untuk terus dikembangkan bukan dihilangkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya