Cek Fakta: Hoaks Uji Klinis Calon Vaksin Virus Corona Covid-19 Hanya di Indonesia

Beredar di Facebook postingan terkait vaksin virus corona covid-19. Postingan tersebut banyak dibagikan sejak awal pekan ini.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 13 Jan 2021, 14:56 WIB
Cek Fakta vaksin virus corona covid-19

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di Facebook postingan terkait vaksin virus corona covid-19. Postingan tersebut banyak dibagikan sejak awal pekan ini.

Salah satunya adalah akun @AhmadGhozali yang memposting foto tersebut pada, Selasa (21/7/2020). Postingan tersebut sudah dibagikan sebanyak 49 kali dan mendapat 20 komentar.

Unggahan foto tersebut disertai dengan narasi:

"Dalam Sejarah Pemimpin Dunia, Hanya Di Rezim Saat ini Yang Bahagia Melihat Rakyatnya Akan Di jadikan Kelinci Percobaan Vaksin Corona Dari China, Sedangkan China Sendiri Tak menguji Coba Pada Rakyatnya Sendiri.

Apakah ini bagian dari konspirasi jahat dari pejabat penghianat !!Sangat Miris ...."

Kemudian pada bagian foto juga terdapat tulisan, "konspirasi jahat dari pejabat penghianat."

Lalu benarkah klaim bahwa vaksin virus corona covid-19 hanya diuji coba di luar China, khususnya Indonesia?

 

 


Penelusuran fakta:

CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dengan mengetik kata kunci "vaksin sinovac diuji di Indonesia." di mesin pencarian Google.

Hasilnya ada beberapa artikel yang muncul seperti dari situs Antaranews.com yang menuliskan artikel berjudul, "Ahli: Uji Klinis Tahap Tiga Tentukan Efektivitas Vaksin di Indonesia."

Isinya sebagai berikut:

"Yogyakarta (ANTARA) - Ahli mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Tri Wibawa menyebutkan uji klinis tahap tiga untuk vaksin kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac Biotech, China, akan menentukan efektivitas di Indonesia.

"Dari uji klinis fase tiga ini nantinya bisa dilihat apakah itu cukup aman dan bisa membangun antibodi untuk bisa melindungi orang Indonesia atau tidak," kata Tri Wibawa melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.

Guru Besar UGM ini menjelaskan ada empat tahap dalam uji klinis vaksin. Pada uji klinis fase satu, vaksin diujicobakan pada populasi lima sampai 50 orang yang tidak berisiko terinfeksi COVID-19. Uji coba dilakukan untuk mengetahui aspek keamanan dan kemampuan dalam menimbulkan kekebalan.

Lalu uji klinis fase dua dilakukan dengan tujuan yang sama seperti pada fase satu. Hanya saja, pada fase tiga diujicobakan pada populasi yang lebih besar, yakni antara 25-1.000 orang dan populasi yang telah terjadi transmisi lokal.

Berikutnya, pada uji klinik fase tiga diujikan pada populasi 100-10.000 orang yang memiliki risiko untuk terinfeksi untuk melihat efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi virus corona jenis baru itu.

"Jadi uji klinis fase satu dan dua sudah dilakukan di China. Lalu fase tiga ini dilakukan pada populasi yang spesifik akan dilindungi, yakni Indonesia, dilihat cukup aman dan bisa melindungi atau tidak. Kalau ternyata hasilnya tidak efektif maka BPOM tidak akan mengeluarkan izin edar ke masyarakat," kata dia.

Apabila vaksin lolos pada fase tiga, maka dilanjutkan dengan uji klinis fase empat. Pada fase ini dilakukan monitoring untuk melihat efek jangka panjang vaksin (post marketing surveillance). Jika saat peredaranya di masyarakat muncul efek samping, maka vaksin akan ditarik kembali.

Tri Wibawa mengatakan ada perbedaan urutan genom virus corona SARS-Cov-2 yang ada di China dan Indonesia. Kendati begitu, dia berharap virus masih merangsang respons imun yang sama. Dia mencontohkan pada vaksin Bacillus Calmette-Gurin (BCG) yang dikembangkan untuk infeksi tuberkolosis (TBC).

"Misalnya pada BCG itu bukan tuberkolosis, tapi spesies lain karena memiliki sifat sama dalam menimbulkan respons kekebalan pada manusia. Bisa merangsang proses respons imun yg sama. Nah ini yang harus dibuktikan juga, maka ada studi fase tiga ini," kata dia.

Selama belum diperoleh vaksin dan obat untuk COVID-19, Tri Wibawa mengimbau masyarakat untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan, mulai dari menjalankan phyisical dan social distancing, memakai masker, dan menerapkan gaya hidup sehat.

"Selama belum ada vaksin dan obat yang efektif, jalan satu-satunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," kata dia."

Selain itu ada pula artikel dari Liputan6.com berjudul, "Tiba di Indonesia, Ini Deretan Fakta Vaksin Covid-19 Sinovac China." isinya antara lain sebagai berikut:

"Indonesia ikut terlibat dalam uji klinis vaksin Virus Corona Covid-19. Pemerintah melalui BUMN PT Kimia Farma (Persero) bekerja sama dengan perusahaan China, yakni Sinovac Biotech.

Uji klinis ini merupakan tahap 3 ke manusia. Universitas Padjajaran juga turut berperan dalam uji coba ini dan menyebut ada 1.620 sukarelawan yang dicari.

"Begitu Komite Etik sudah oke, kita akan jalan," kata Ketua Tim Riset Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil seperti dikutip dari laman resmi unpad.ac.id.

Vaksin Virus Corona tersebut bakal disuntikkan dua kali ke tubuh relawan per 14 hari. Secara berkala, tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan. Pemantauan relawan dilakukan selama 7 bulan.

Jalannya uji coba klinis vaksin itu berbeda di tiap negara. Berdasarkan laporan Gulf News pada Kamis, 26 Juli lalu, Uni Emirat Arab bekerja sama dengan BUMN China yang bergerak di bidang farmasi, yakni Sinoparm.

Otoritas kesehatan negara itu mengeluarkan izin untuk mencari 15 ribu sukarelawan untuk uji vaksin Corona Covid-19.

Kementerian Kesehatan UEA mencari sukarelawan berusia 18-60 tahun yang sebelumnya tak pernah kena Corona Covid-19. Penderita kanker atau defisiensi imun tidak dapat ikut serta.

Sementara itu, Media China Global Times melaporkan bahwa Brasil menyiapkan 9.000 untuk mencoba vaksin Virus Corona Covid-19. Pada uji di Brasil, orang tua di atas 60 tahun boleh ikut serta.

Kelompok dibagi menjadi dua, yakni orang dewasa berusia 18-59 tahun dan lansia di atas 60 tahun. Perkembangan mereka akan di-follow up selama setahun.

Uji klinis ini akan dilaksanakan di 12 fasilitas kesehatan di berbagai daerah Brasil. Brasil tak hanya melakukan uji coba vaksin dari China, namun dari Universitas Oxford yang juga menunjukan potensi sukses.

Terakhir, Bangladesh mencari 2.100 sukarelawan untuk mencoba vaksin dari Sinovac. Persetujuan diberikan oleh Komite Etika Penelitian Nasional di Bangladesh yang melihat ada potensi dari vaksin Sinovac.

Uji klinis di Bangladesh akan dilakukan di tujuh rumah sakit, demikian laporan New Indian Express."

Website lain yakni Abcnews.com juga menuliskan artikel soal vaksin buatan Sinovac ini berjudul, "China company says its vaccine could be complete by autumn."

Dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa fase 1 dan 2 telah dijalankan di China dengan sukses. "Kami telah sukses uji klinis fase 1/2 dengan 743 sukarelawan berusia dari 18-59 tahun. Ada 143 sukarelawan dalam fase 1 dan 600 sukarelawan pada fase 3. Hasilnya kandidat vaksin mampu memberikan respons positif dan tidak ada efek samping," ujar Helen Yang, Direktur Senior Hubungan Investor Sinovac Biotech seperti dilansir Abcnews.com.


Kesimpulan

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Kesimpulan:

Klaim yang menyebut bahwa Indonesia hanya menjadi kelinci percobaan vaksin corona dari China adalah salah. Faktanya selain Indonesia beberapa negara lain seperti Brasil, Bangladesh, dan Turki juga mengadakan uji klinis tahap 3 untuk calon vaksin covid-19 dari Sinovac.

Selain itu klaim yang menyebut bahwa China tidak menguji calon vaksin di negaranya sendiri adalah salah. Pasalnya pada fase 1 dan 2 uji klinis dilakukan di China dan menggunakan sukarelawan di sana.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya