Liputan6.com, Asansol Ketika dunia saat ini sedang fokus berperang dengan pandemi COVID-19, sekelompok kecil perempuan dari sebuah desa di Benggala Barat, memutuskan untuk melawannya dengan cara mereka sendiri. Semuanya berawal di Nichupara Basti kota Asansol, di mana mereka berkumpul untuk ritual menyanjung Dewi Corona yang kerap mereka sebut Corona Mai.
Mereka melakukannya dengan penuh keyakinan, dengan mengatur pooja atau persembahan kecil di tepi kolam Chinnamasta di daerah tersebut. Perempuan dari berbagai kelompok umur berkumpul pada pukul 08.00 pagi dan ritual berlangsung sampai pukul 09.00.
Advertisement
Ketika mereka hendak menuju ke kolam Chinnamasta, mereka akan menyanyikan lagu-lagu dan merapal mantra. Satu hari sebelum ritual, orang-orang di permukiman akan meminta agar setiap wanita bergabung.
Mereka duduk berbaris di rerumputan, dan menempatkan sebaris bunga di depan mereka. Tongkat dupa dinyalakan, dan buah-buahan, sayuran, ghee, dan jaggery dipersembahkan kepada sang dewi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Persembahan dan Nyanyian Akan Berikan Ketangguhan
Nita Das (23), salah seorang penduduk local mengatakan, “Kami berharap Dewi Corona memastikan bahwa virus akan meninggalkan kami selamanya.” Para wanita bahkan membuat laddoos motichur, manisan berbentuk bola yang berasal dari India untuk sang dewi.
Sembari mereka melantunkan doa, mereka akan menggali sebagian tanah lalu menempatkan semua persembahan di dalamnya, dan menutupinya. Suasana ritual tersebut akan dipenuhi dengan aroma dupa dan bunga.
Mereka akan memejamkan mata sembari berdoa dengan konsentrasi penuh, dan mengucapkan mantra. "Persembahan dan nyanyian kami akan memberi kami ketangguhan virus," tambah Nita.
Advertisement
Keberatan dengan Pelanggaran Social Distancing
Nilanjan Mukherjee (45), seorang wanita yang berasal dari daerah terdekat Rabindranagar justru tidak setuju dengan aksi puja puji para wanita itu kepada Dewi Corona.
Nilanjan, yang mengelola toko kelontong di situs pooja, keberatan dengan pelanggaran norma social distancing yang dilakukan para wanita itu. "Jika keadaan terus seperti ini, bukannya pulih, kita akan segera terinfeksi oleh penyakit " katanya.
Di pooja, ada perempuan berusia awal dua puluhan, serta mereka yang berusia 75 tahun. Banyak dari mereka adalah pekerja harian, dan menghabiskan sekitar ₹ 500 (sekitar Rp 97.552) hanya untuk membeli bahan ritual. Menurut mereka, Virus Corona COVID-19 adalah ciptaan Shitala Devi, yang oleh beberapa budaya dianggap sebagai dewi pertolongan.
Mereka berdoa agar dia sembuh dari penyakit seperti cacar dan campak. “Kami telah memutuskan untuk menyembah Corona Devi setiap hari Senin dan Jumat sampai Dia merasa puas,” kata Sabita Prasad yang berusia 56 tahun, sambil menyalakan sebatang dupa.
Seperti apa Dewi Corona? Melansir thehindu.com, Jumat (24/7/2020), bagi para wanita di Nichupara Basti, dia tidak berbentuk. Bisa jadi dia adalah angin yang mengguncang rumah-rumah beratap genteng mereka di malam hari, matahari, air di kolam di dekatnya.
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul