Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 membuat Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PP Perdokhi) membahas kemungkinan perjalanan haji ke Arab Saudi via transportasi laut. Ketua Bidang Pengembangan Keilmuan PP Perdokhi Wawan Mulyawan menyampaikan bahwa perjalanan haji dengan kapal laut perlu pertimbangan matang dan terukur.
Pertimbangan tersebut meliputi aspek kesehatan, kemanfaatan, maupun aspek biaya.
Advertisement
“Pertanyaan bisakah haji laut jadi alternatif akan menimbulkan pertanyaan lain, apakah lebih murah? Apakah lebih sehat? Atau minimal tidak memperburuk kondisi risiko tinggi, dan adakah keuntungan lain?” ujarnya Wawan dalam webinar Perdokhi pada Sabtu (25/7/2020).
Menurutnya, jika dilihat dari waktu maka pesawat terbang memakan waktu perjalanan lebih pendek dari kapal laut. Perjalanan menggunakan lewat udara memakan waktu 8 hingga 10 jam, sedangkan jika menggunakan kapal laut membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari.
Dari sisi fisiologis, pesawat terbang cukup berpengaruh karena berada di ketinggian. Sedangkan, jika menggunakan kapal laut, keadaan fisiologis cenderung sama dengan di darat. Meski begitu, Wawan melihat risiko penularan yang lebih tinggi bila menggunakan moda transportasi kapal laut.
“Di pesawat terbang, risiko penularan infeksi lebih rendah sedangkan di kapal laut lebih tinggi mengingat waktu yang dihabiskan lebih lama.”
Simak Video Berikut Ini:
Menilik Rute
Jika dilihat dari rute, pesawat terbang terbilang lebih sederhana yaitu Jakarta-Jeddah dan Jakarta-Madinah pulang pergi. Sedangkan, dengan kapal laut, rute yang bisa dilalui yaitu dari Tanjung Priok ke Padang kemudian Colombo (Sri Lanka), lanjut ke Aden (Yaman), terakhir Jeddah.
Dampak perjalanan yang bisa dirasakan usai menggunakan pesawat terbang antara lain kelelahan, risiko infeksi, dampak psikologis, dan fasilitas kesehatan kurang.
“Sedang, jika menggunakan kapal laut, bimbingan haji di darat bisa dihilangkan dan dilakukan di dalam kapal selama perjalanan. Begitu pula pondok haji bisa ditiadakan.”
Selain itu, paparan cuaca Arab Saudi dapat dikurangi beda halnya dengan ekspos cuaca jika menggunakan pesawat yaitu seperti cuaca panas di gurun.
“Kelembapan di dalam kabin secara bertahap akan turun dalam penerbangan lama. Pada penerbangan dengan ketinggian yang lebih ekstrem bisa bisa di bawah 10 persen bahkan mendekati 1 persen. Ini kekurangan yang tidak ada pada perjalanan dengan kapal laut. Fasilitas kesehatan di kapal laut pun seharusnya lebih baik dari pesawat.”
Advertisement