Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan strategi pemulihan ekonomi dengan hilirisasi industri pertambangan sebagai strategi utama.
Hilirisasi dianggap sebagai salah satu kebijakan yang sangat strategis dalam menarik minat para investor untuk melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.
Advertisement
Hal tersebut dikarenakan sumbangan terbesar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) berasal dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) mencapai Rp 172,9 triliun pada tahun 2019.
Salah satu yang sedang digenjot saat ini adalah hilirasi nikel. dengan pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab, mampu memberikan nilai tambah secara signifikan.
“Nikel ini dulu kita hanya ekspor, kira-kira nilainya USD 612 juta dolar setahun. Tapi sekarang kalau dilihat kita sudah ekspor itu USD 6,24 miliar itu setelah menjadi stainless steel slab,” ujar Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi, Sabtu (25/7/2020).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bahan Bakar Fosil
Luhut melihat, akan ada substitusi utamanya untuk transportasi, dari bahan bakar fosil menggunakan baterai lithium daa mobil elektrik. Artinya, permintaan untuk baterai litium akan meningkat. Dan ini peluang bagi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
“Baterai ini karena kita memiliki cadangan terbesar dan terbaik nikel ores, kita akan menjadi pemain utama nanti dalam nikel ores ini untuk (diolah menjadi) lithium baterai,” tutur Luhut.
Ini seiring target pengoperasian mobil elektrik di Eropa pada 2030. Kemudian, cepat atau lambat, Luhut menilai Indonesia juga akan mengadaptasinya, yakni dengan menggunakan mobil elektrik berbahan bakar baterai.
“Dengan demikian, kita secara bertahap akan mengurang fosil energi. Akibatnya, kita akan mengurangi impor crude oil,” kata dia.
Advertisement