Menko Luhut Sebut Ekspor Mobil dan Besi Baja Naik Saat Pandemi Corona

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mencatat realisasi ekspor dan besi baja meningkat di tengah pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jul 2020, 18:10 WIB
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mencatat realisasi ekspor dan besi baja meningkat di tengah pandemi Covid-19. Hingga hari ini ekspor untuk irond and steel sebesar USD 4 miliar, sementara untuk mobil masih berada di USD 2,3 miliar.

"Per hari ini kita sudah ekspor USD 4 miliar dolar (irond and steel). Mobil masih USD 2,3 miliar," kata dia dalam web dinar di Jakarta, Sabtu (25/7).

Angka ini perlahan sudah bergerak dari realisasi terjadi pada kuartal I-2020. Di mana realisasi ekspor irond and steel masih berada di USD 2,3 miliar. Sementara realisasi untuk ekspor mobil berada di USD 2,0 miliar.

Peningkatan juga terjadi seiring dengan pembangunan smelter dilakukan pemerintah pada tahun lalu. Di mana posisi irond and steel pada periode tersebut realisasinya mencapai USD 7,4 miliar. Sementara mobil USD 8,1 miliar.

"Dan tahun ini kita harapkan ini irond and steel kita ekspor USD 10 miliar dan itu sangat berpengaruh terhadap nilai ekspor kita , lapangan kerja, penerimaan pajak dan seterusnya. Walaupun jumlah ini dibandingkan dengan yang lain masih kecil tapi ini sangat membantu," kata dia.

Reporter; Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekspor Manufaktur Tembus Angka USD 60,76 Miliar

Pekerja mengecek hasil pembuatan mobil Toyota Fortuner dan Innova di TMMIN Karawang Plant 1, Jawa Barat, Kamis (23/2). Ekspor kendaraan roda empat diprediksi tumbuh sebesar tujuh persen di sepanjang 2017. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Industri pengolahan nonmigas masih konsisten menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Sepanjang semester I tahun 2020, total nilai pengapalan produk sektor manufaktur menembus angka USD 60,76 miliar atau menyumbang 79,52 persen dari keseluruhan angka ekspor nasional yang mencapai USD 76,41 miliar.

“Terus terang saya cukup surprise dengan hasil kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas saat ini. Di luar dugaan, kinerja ekspor sektor industri manufaktur ternyata masih mencatatkan kontribusi yang positif,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (21/7/2020).

Agus menegaskan, pihaknya terus menjaga keberlangsungan aktivitas industri manufaktur di tanah air, meskipun sedang tertekan karena melambatnya ekonomi dunia dan dampak pandemi Covid-19. Sebab, selama ini sektor industri manufaktur beperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

“Kami bertekad untuk senantiasa menggenjot kinerja industri yang memiliki orientasi ekspor. Dilihat dari sumbangsihnya terhadap struktur nilai ekspor nasional, sektor industri berkontribusi 79,52 persen pada semester I-2020 atau naik dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar 75,47 persen,” paparnya.


Kinerja Industri Pengolahan

Seorang pekerja mengecek mesin mobil Jeep Wranglers 2019 di pabrik perakitan Jeep Chrysler di Toledo, Ohio, AS (16/11). (AP Photo/Carlos Osorio)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas pada Juni 2020 sebesar USD9,6 miliar atau naik 15,96 persen dibanding capaian Mei 2020 yang menyentuh angka USD8,3 miliar. Di samping itu, nilai pengapalan produk industri manufaktur pada bulan keenam tahun ini juga mengalami lonjakan 7 persen dibanding capaian pada Juni 2019 yang tercatat sekitar USD9 miliar.

“Neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas pada bulan Juni 2020 mencatatkan surplus sebesar USD531,47 juta,” ungkap Agus. Dilihat dari volumenya, ekspor industri manufaktur pada Juni 2020 tercatat sebesar 8,87 juta ton atau nanjak 9,28 persen dibanding Mei 2020 yang mencapai 8,12 juta ton.

Adapun sektor industri makanan dan minuman menjadi penyumbang devisa terbesar dari capaian nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada bulan Juni 2020, yang tercatat mencapai USD2,23 miliar. Disusul selanjutnya oleh ekspor dari industri logam dasar yang menembus USD1,67 miliar, kemudian pengapalan produk industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD1 miliar.

Sementara itu, sektor yang mengalami kenaikan ekspor di atas 30 persen dari bulan sebelumnya meliputi industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang naik sebesar 228,63 persen dengan nilai ekspor USD2,55 juta. Selanjutnya, industri alat angkutan lainnya (naik 74,15 persen dengan nilai ekspor USD131,83 juta), industri peralatan listrik (naik 50,39 persen dengan nilai ekspor USD383,55 juta) dan industri tekstil (naik 45,38 persen dengan nilai ekspor USD271,38 juta).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya