Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan beberapa hal yang berpotensi menjadi daya tarik investor asing. Diantaranya yang pertama adalah letak geografis Indonesia.
Pertama, letak geostrategi kita di lintas silang dunia. Lebih dari USD 5,3t trade yang lewat lalu lintas disana,” ujar dia dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi, Sabtu (25/7/2020).
Advertisement
Kedua, yakni jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, maka lebih banyak tenaga kerja yang akan terserap.
Bukan hanya penduduk yang melimpah. Luhut menyebut bahwa Indonesia ini kaya. Bahkan setelah ‘dirampok’ berkali-kali, tak lantas miskin.
“Indonesia super kaya. Kita dirampok banyak orang berpuluh-puluh tahun tapi masih kaya saja tuh,” kata dia.
Namun, sekarang seharusnya tidak lagi seperti itu. Menurut Luhut, kekayaan negara harus dapat dimanfaatkan dengan baik dan memberi nilai tambah. Termasuk juga pemanfaatan teknologi juga harus digenjot sehingga bisa melakukan produksi di dalam negeri.
“Kita harus terlibat. Nggak boleh sekarang (sekedar) ekspor terus dapat uang,” tutur Luhut.
Terakhir, Luhut menyebabkan investasi di Indonesia kini lebih mudah dengan adanya Omnibus Law. Dimana regulasinya sudah dipangkas, sehingga lebih efisien dan selaras, serta tidak tumpang tindih dan menghambat perizinan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hilirisasi Nikel Bisa Bantu Pulihkan Ekonomi Pasca Pandemi
Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan strategi pemulihan ekonomi dengan hilirisasi industri pertambangan sebagai strategi utama.
Hilirisasi dianggap sebagai salah satu kebijakan yang sangat strategis dalam menarik minat para investor untuk melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.
Hal tersebut dikarenakan sumbangan terbesar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) berasal dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) mencapai Rp 172,9 triliun pada tahun 2019.
Salah satu yang sedang digenjot saat ini adalah hilirasi nikel. dengan pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab, mampu memberikan nilai tambah secara signifikan.
“Nikel ini dulu kita hanya ekspor, kira-kira nilainya USD 612 juta dolar setahun. Tapi sekarang kalau dilihat kita sudah ekspor itu USD 6,24 miliar itu setelah menjadi stainless steel slab,” ujar Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi, Sabtu (25/7/2020).
Advertisement
Bahan Bakar Fosil
Luhut melihat, akan ada substitusi utamanya untuk transportasi, dari bahan bakar fosil menggunakan baterai lithium daa mobil elektrik. Artinya, permintaan untuk baterai litium akan meningkat. Dan ini peluang bagi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
“Baterai ini karena kita memiliki cadangan terbesar dan terbaik nikel ores, kita akan menjadi pemain utama nanti dalam nikel ores ini untuk (diolah menjadi) lithium baterai,” tutur Luhut.
Ini seiring target pengoperasian mobil elektrik di Eropa pada 2030. Kemudian, cepat atau lambat, Luhut menilai Indonesia juga akan mengadaptasinya, yakni dengan menggunakan mobil elektrik berbahan bakar baterai.
“Dengan demikian, kita secara bertahap akan mengurang fosil energi. Akibatnya, kita akan mengurangi impor crude oil,” kata dia.