Liputan6.com, Padang - Sejumlah daerah di Indonesia pada akhir Juli sudah mulai memasuki musim kering atau kemarau, namun tidak dengan Sumatera Barat. Pada waktu tersebut provinsi ini malah sering dilanda hujan hingga menyebabkan banjir.
Hal tersebut disebabkan karena Indonesia berada di sekitar garis ekuator, serta diapit oleh dua samudera dan dua benua besar, membuat negara ini punya dinamika cuaca dan iklim yang khas.
"Untuk kondisi iklim di Sumbar tidak mengenal periode musim hujan atau musim kemarau," kata Kepala Seksi Informasi dan Observasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, Yudha Nugraha kepada Liputan6.com, Sabtu (25/7/2020).
Baca Juga
Advertisement
Yudha menjelaskan, sebagian besar daerah Sumbar berada pada kategori non-zona musim, kecuali daerah Sijunjung, Dharmasraya, dan Solok Selatan bagian selatan.
Tiga daerah tersebut masuk dalam zona musim, dan diprediksi akan masuk dalam musim kering beberapa waktu ke depan.
Kemudian untuk kondisi cuaca di Sumbar, beberapa hari terakhir cenderung didominasi oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dengan durasi yang cukup lama.
Berdasarkan analisa dinamika atmosfer, terlihat pola gangguan cuaca di perairan Sumbar, dimana gangguan tersebut berupa sirkulasi angin tertutup yang dinamakan vorteks.
Penyebab lain dari cuaca buruk ini adanya daerah pertemuan massa udara yang meliputi wilayah pesisir barat Sumbar hingga ke bagian tengah wilayah ini.
"Kedua pola gangguan cuaca ini berakibat meningkatnya pertumbuhan awan-awan hujan yang menyebabkan curah hujan cukup tinggi terutama di wilayah pesisir barat Sumbar," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Waspada Bencana
Pihaknya melihat pola gangguan cuaca seperti masih bertahan hingga tiga hari ke depan, sehingga peluang hujan intensitas tinggi masih dapat terjadi hingga akhir Juli 2020.
Daerah yang masih berpotensi dilanda cuaca buruk yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Padang Pariaman, Kota Padang, Pasaman Barat, Agam, dan Pesisir Selatan.
"Kemudian di Kota Padang Panjang, Bukittinggi, Solok, Tanah Datar, dan sekitarnya," kata Yudha.
Ia juga mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan agar mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, genangan air, pohon tumbang, dan baliho tumbang.
"Masyarakat mesti waspada terhadap potensi bencana," Yudha menambahkan.
Advertisement