Kisah Mahasiswa STMIK Primakara Raih Ratusan Juta Saat Pandemi Covid-19

Sephy Lavianto adalah salah satu dosen di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara yang membukukan kisah sukses mahasiswanya di tengah pandemi Corona.

oleh Dewi Divianta diperbarui 26 Jul 2020, 14:30 WIB
Mahasiswa Bali Sukses di Tengah Pandemi (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar - Sephy Lavianto, dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara mengabadikan kisah sukses mahasiswanya yang berhasil meraih omset ratusan juta melalui perusahaan yang dibentuknya saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini.

Kisah itu ia abadikan melalui sebuah buku berjudul 'Millenial Wajib Kaya, Omset Ratusan Juta Saat Krisis'. Cerita sukses itu bermula ketika pandemi Virud Corona melanda negeri ini beberapa bulan lalu.

Sephy mengajar mata kuliah e-commerce kepada mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Akuntansi STMIK Primakara. Saat mengajar mata kuliah tersebut, Sephy menantang mahasiswanya membuat kelompok semacam perusahaan yang bisa menghasilkan omset yang besar.

Dalam kelompok tersebut, setiap mahasiswa memiliki jabatan layaknya di perusahaan, mulai dari direktur utama, direktur pemasaran, dan sebagainya. Di kelas mata kuliah e-commerce tersebut akhirnya terbentuk sebanyak empat tim, terdiri dari Elites Bali, Segara Brand, Madeera, dan The Ace.

Tak disangka, para mahasiswa tersebut ternyata bisa menghasilkan omset penjualan yang tinggi. Apalagi hal itu diraih di tengah pandemi Covid-19 yang sebagian besar masyarakat dan perusahaan lain justru mengalami krisis.

Segara Brand misalnya yang berhasil meraih omset sebanyak Rp91.525.000 terhitung dari Februari hingga Mei 2020. Kemudian Elites Store berhasil meraih omset sebesar Rp27.251.000, Madeera Store Rp50.169.600 dan The Ace Rp28.943.000 dalam kurun waktu yang sama.

Sephy menuturkan, para mahasiswa tersebut sebenarnya mengawali usaha dari fashion seperti baju dan kebaya. Lalu ada satu tim yang sudah membuat akun di marketplace seperti di Lazada. Mereka lalu melakukan optimasi di berbagai media sosial supaya lebih serius untuk menunjang penjualan.

"Mereka mencapai booming-nya itu pada saat panik pandemik. Panik pandemik itu barang-barang yang dibutuhkan seperti hand sanitizer dan masker. Pokoknya saat itu sedang jarang di pasaran," tutur Sephy di sela-sela acara launching dan bedah bukunya di Aula Lantai 4 Gedung Kampus STMIK Primakara, Denpasar, Sabtu (25/7/2020).

"Jadi akhirnya ini multiproduk. Awalnya mereka fokus di fashion, terus tiba-tiba pada saat terjadi momentum produk-produk yang dibutuhkan untuk Corona ini, mereka mengambil kesempatan di situ. Kenapa saya bilang in market-nya tepat sekali, karena mereka memang menjual barang-barang yang dibutuhkan masyarakat saat itu di Bali. Pada saat itu kan langka barang-barang itu. Ya, mereka ambil kesempatan seperti itu," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Inspirasi Bagi Masyarakat Saat Pandemi Covid-19

Seiring berjalannya waktu, permintaan barang-barang akibat panik pandemik mulai menurun.

Namun, ada salah satu tim mulai melirik menjadi distributor produk lain untuk ditawarkan ke pasaran, yakni berupa skin care.

"Saya berani mengatakan mereka melakukan bisnis yang real, karena mereka langsung berhadapan dengan market. Butuhnya ini mereka sediakan, butuhnya itu mereka sediakan," kata dia.

Sephy mengatakan, guna memulai usahanya itu para mahasiswa memiliki modal yang cukup kecil, yakni rata-rata di angka Rp1 juta. Modal dikumpulkan patungan dari masing-masing orang di setiap kelompok yang dipakai untuk stok barang awal. Dari hasil kerja kerasnya, para mahasiswa langsung bisa balik modal pada bulan pertama.

Ketua STMIK Primakara, I Made Artana menilai, buku 'Millenial Wajib Kaya' sebenarnya mempunyai bahasan ringan, namun sangat berguna dalam situasi pandemi Covid-19. Baginya, kisah mahasiswa yang berhasil meraih omset yang awalnya dari sebuah tugas mata kuliah di kampus ini sangat menarik untuk diceritakan.

"Karena tugas mereka ini sebenarnya mereka lakukan secara daring, jadi mereka satu sama lain menimbulkan kesulitan tersendiri ketika diberikan tugas kelompok untuk jualan," tuturnya.

Selain itu kisah mahasiswa ini menarik diceritakan dikarenakan saat pandemi Covid-19, sebenarnya masyarakat mengalami tantangan besar dalam bidang ekonomi.

"Ketika anak-anak yang tugas kuliahnya mendapatkan omset sebesar itu, nah itu menjadi sesuatu yang menarik untuk diceritakan," kata dia.

Menurut Artana, hal ini di menjadi inspirasi bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 untuk terus bisa memutar roda perekonomian secara bersama-sama. Oleh karena itu, pihaknya mengaku sangat mendukung ketika dosen pengampu mahasiswa tersebut bakal menuliskan kisah mahasiswa dalam sebuah buku.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya