Liputan6.com, Surabaya Sosok ibu di dalam keluarga berperan penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19. Dalam hal ini, seorang ibu bisa membantu terlaksananya protokol kesehatan dengan baik.
Salah satu upaya tersebut lewat kehadiran Gerakan Perempuan Memutus Mata Rantai COVID-19. Gerakan perempuan ini diinisiasi oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan RI bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Mariya Mubarika.
Advertisement
Peresmian gerakan perempuan ini pertama kali di Surabaya, Jawa Timur, melalui ibu-ibu PKK Dharmawanita Kota Surabaya, BOW, BKOW, Ikatan Istri Dokter Indonesias (IIDI), dan organisasi lainnya.
“Di Surabaya, belum lama ini ada keluarga yang semua anggota keluarganya meninggal karena COVID-19, tetapi masih ada yang melayat dan tidak pakai masker. Saya tidak paham apa yang ada dipikirannya terhadap pandemi ini," tutur Chusnul Ismiati, istri Sekda Kota Surabaya dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Sabtu (25/7/2020) malam.
"Oleh karena itu, kami (dari) PKK akan berjuang melalui sosok ibu supaya bisa menasihati keluarganya dan menjelaskan yang benar agar patuh terhadap protokol kesehatan. Ibu juga harus mampu menyiapkan masker buat suami dan anak-anaknya ketika keluar rumah juga (mengingatkan) salin (ganti) masker."
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Menasihati Keluarga dan Siapkan Masker
Saat ini pembekalan gerakan perempuan di Surabaya sudah sampai kepada istri-istri camat Surabaya. Diharapkan bisa terduplikasi hingga kelurahan, RW, RT, dan semua keluarga di Surabaya.
Upaya dari ibu di dalam keluarga akan meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan.
"Semua anggota keluarga sebelum keluar rumah sudah disiapkan masker oleh ibunya, pasti patuh. Karena ibu punya kekuatan untuk diikuti, ibu tiang negara," lanjut Chusnul.
Selain Surabaya, gerakan perempuan memutus mata rantai COVID-19 juga menyasar Kota Malang dan Kabupaten Malang. Gerakan ini terhubung dengan Tele Sehat – Membangun Kesehatan Bersama yang sudah diresmikan di Kebumen pada 1 Juni 2020.
Mariya menyampaikan saat ini kunci pemulihan ekonomi rakyat terletak pada kepatuhan dan kesiapan masyarakat menjalani protokol kesehatan dalam era normal baru.
“Bayangkan, jika dalam normal baru ini masyarakat tidak patuh dan tidak siap dengan protokol kesehatan, maka tempat-tempat usaha yang baru dibuka tiba-tiba akan ditutup kembali karena tersebarnya lagi infeksi virus Corona," ujar Mariya dalam launching gerakan ini di Kota Malang pada 22 Juli 2020.
"Bisa jadi kondisinya lebih buruk dari pandemi pertama. Gerakan perempuan memutus mata rantai COVID-19 sangat penting. Karena bukan perkara yang mudah mengubah perilaku dan selalu menjaga imunitas, terlebih lagi siap menyediakan masker setiap hari ketika keluar rumah, sehingga setiap keluarga harus diberikan edukasi dan paham melaksanakan protokol kesehatan."
Advertisement
New Normal dan Adaptasi Baru
Sejak pertama ditemukan kasus pneumonia di Tiongkok, penyebaran virus SARS-Cov2 meluas hampir di seluruh dunia. Kemudian masuk ke Indonesia dan diumumkan pada 2 Maret 2020.
Sejak saat itu, Pemerintah mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Pembatasan-pembatasan di berbagai negara telah menimbulkan masalah besar di sektor ekonomi, begitupun di Indonesia.
“Dampak ekonomi ini juga sudah memengaruhi kesehatan, menurunkan imunitas, dan ujungnya mengancam nyawa juga," lanjut Mariya.
Adanya New Normal yang di Indonesia diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo sebagai peradaban baru.
“Jadi, normal Baru maksudnya kita beraktivitas, namun harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, yakni mampu menjaga jarak. Pada protokol kesehatan semua sudah diatur dengan jelas, tinggal diikuti saja, agar aktivitas bisa jalan, tetapi tidak berisiko terinfeksi COVID-19,” tutup Mariya.