Liputan6.com, Jakarta Dalam sepekan terakhir, meninggalnya editor televisi swasta berinisial YP hingga kini terus menuai sorotan. Bagaimana tidak, jasadnya ditemukan mengenaskan di pinggiran Tol Jorr Pesanggrahan, Jumat, 10 Juli 2020 dengan empat luka tusukan.
Untuk mengungkap kasus meninggalnya YP, polisi pun bergerak cepat dengan mengumpulkan bukti-bukti di lapangan, meminta keterangan saksi, hingga menyelidiki dua rekaman CCTV yang memperlihatkan gerak-gerik korban YP sebelum meninggal.
Advertisement
Dari hasi analisis, Labfor, hingga bukti forensik yang didapatkan, polisi belakangan menduga kuat bahwa YP meninggal akibat bunuh diri.
Kepergian YP menyisakan duka mendalam, terutama bagi keluarga serta kerabat. Sesaat setelah kepergian almarhum, adik YP bahkan mengaku didatangi sang kakak lewat mimpi. Dalam mimpinya, YP berperilaku seperti kesehariannya saat pulang dari kantor.
Tak ada komunikasi, dia hanya memarkirkan sepeda motor, lalu terus masuk ke dalam kamarnya.
Berita kedua yang tak kalah menyita perhatian, terkait peran tiga jenderal polisi di balik lolosnya Djoko Tjandra. Selain Brigjen Prasetijo Utomo, ada pula keterlibatan Inspektur Jenderal Napoleon Bonaparte dan Brigadir Jenderal Nugroho Slamet Widodo.
Kedanya diduga terlibat dalam penghapusan status red notice Djoko Tjandra oleh Interpol.
Dengan dasar surat itulah pihak Imigrasi menghapus nama Djoko Tjandra dari sistem perlintasan pada 13 Mei 2020. Akibat status red notice dihapus, Djoko Tjandra pun bebas mondar-mandir masuk Tanah Air.
Kasus Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang meninggal dunia saat tengah membersihkan jalanan Ibu Kota juga menjadi berita terpopuler dalam sepekan terakhir.
Sempat tersiar kabar, Jamaludin sebagai korban tabrak lari. Namun, belakangan berita tersebut dibantah Kanit Laka Polres Jakarta Timur. Menurut keterangan polisi, almarhum mengalami kecelakaan tunggal lantaran menyalip truk ketika melintas di Balai Rehabilitasi Sosial, Cipayung, Jakarta Timur.
Berikut ulasan berita metro yang paling banyak dicari pembaca Liputan6.com selama sepekan lalu:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Editor Metro TV Yodi Prabowo Datangi Adiknya Lewat Mimpi
Adik kandung editor televisi swasta, YP, mengaku pernah didatangi sosok almarhum lewat mimpi. Hal tersebut diungkapkan oleh sang ayah, Suwandi.
Seperti diketahui, YP ditemukan telah terbujur kaku di pinggir Tol Ulujami, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Juli 2020.
"Adiknya, Dimas, pernah dua kali berturut-turut memimpikan kakaknya," ujar Suwandi, saat dihubungi Liputan6.com, Tangerang, Senin (20/7/2020).
Menurut dia, dalam mimpi anaknya, YP tidak berkata apa-apa. Namun, almarhum berperilaku seperti kesehariannya. Di mimpi sang adik, korban tengah pulang kerja.
Mimpi tersebut pun berulang hingga dua malam berturut-turut. Suwandi beranggapan bila anaknya itu, sangat rindu dengan keberadaan kakaknya ketika berada di dalam rumah.
Advertisement
2. Bukan Tabrak Lari, Ini Kronologi Kecelakaan Petugas PPSU di Jakarta Timur
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) terlibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (24/7/2020). Korban, Jamaludin (51) meninggal dunia.
Informasi ini sekaligus meralat berita sebelumnya yang menyebut Jamaludin sebagai korban tabrak lari.
Kanit Laka Polres Jakarta Timur AKP Teguh menerangkan, kecelakaan terjadi karena kendaraan yang dikemudikan petugas PPSU Jamaludin gagal menyalip truk ketika melintas di Balai Rehabilitasi Sosial, Cipayung, Jakarta Timur.
Teguh mengatakan, stang kiri sepeda motor yang dikemudikan Jamaludin membentur bodi samping kanan truk, hingga membuat terjatuh dan pengemudinya terlindas roda belakang kanan.
"Pengemudi luka-luka pada kepala dan meninggal di lokasi," ujar dia.
3. Ini Peran 3 Jenderal Polisi di Balik Lolosnya Djoko Tjandra
Kapolri Jenderal Idham Azis telah mencopot jabatan ketiga perwira tinggi kepolisian yang diduga terlibat dalam pelarian buronan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia terkait pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Djoko Tjandra.
Ketiga perwira tinggi itu adalah Brigadir Jenderal Prasetijo Utomo, Inspektur Jenderal Napoleon Bonaparte, dan Brigadir Jenderal Nugroho Slamet Widodo.
Ketiga jenderal itu diduga memiliki peran masing-masing dalam menyelamatkan buronan 11 tahun Kejaksaan Agung (Kejagung) tersebut.
"Pelanggaran kode etik, dimutasi," ucap Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kepada media, Jumat, 17 Juli 2020.
Pertama, ada nama Brigjen Prasetijo Utomo yang sebelumnya dicopot dari jabatan Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan (Korwas) PPNS Bareskrim Polri pada 15 Juli 2020 lalu.
Pencopotan itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolri bernomor ST/1980/VII/KEP./2020, Tanggal 15-07-2020. Prasetijo pun dimutasikan sebagai Pati Yanma Polri.
Jenderal bintang satu itu didepak dari jabatannya setelah menerbitkan surat jalan untuk Djoko Tjandra bernomor SJ/82/VI/2020/Rokowas pada 18 Juni 2020.
Dalam surat jalan berkop Polri itu menyebutkan bahwa Djoko Tjandra bakal melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Pontianak, Kalimantan Barat pada 19 Juni dan kembali 22 Juni 2020. Surat sakti itu juga menuliskan pekerjaan Djoko Tjandra sebagai konsultan Bareskrim.
Advertisement