Denpasar - Pria asal Australia ini tergugah hatinya untuk membantu warga Bali yang kesulitan terimbas pandemi Virus Corona COVID-19.
Seharusnya Jamin Heppell, seorang warga Australia, bisa saja melewati hari-harinya dengan mudah saat tertahan di Bali akibat pandemi COVID-19. Tapi ia memilih berlari melintasi Pulau Dewata dari utara ke selatan.
Advertisement
Pria asal Leongatha, kota kecil sebelah tenggara Melbourne, menempuh rute dari Singaraja ke Denpasar sejauh 90 kilometer, dengan berhenti setiap 5 kilometer.
Jamin tiba di Bali ketika di Australia warga sedang panik memborong tisu toilet saat memasuki 'lockdown' pertama pada Maret lalu.
Ia bermaksud menemani kekasihnya yang berkebangsaan Jerman untuk sama-sama menunggu berlalunya pandemi di pulau wisata itu.
Dampak pandemi tampak jelas di Bali dan Jamin menyaksikannya sendiri bagaimana warga setempat kesulitan setelah para turis pergi dan sampai kini belum kembali.
Pariwisata merupakan sektor yang mempekerjakan sekitar 10 persen lapangan kerja di Indonesia, yang mencakup sekitar 12 juta pekerja.
Menyadari hal itu, Jamin pun tergerak untuk berbuat sesuatu.
"Belum terjadi kekurangan makanan tapi ada masalah dengan distribusinya," katanya kepada ABC Australia, dikutip Senin (27/7/2020).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bermitra dengan Bali Children Foundation
Rencana berlari di Bali yang tadinya hanya kegiatan pribadi bagi Jamin berubah menjadi kegiatan amal.
Jamin mengaku terinspirasi oleh seorang pria Prancis berusia 58 tahun yang berlari menempuh Mont Blanc sejauh 90 km. Ia memutuskan sudah waktunya juga untuk dirinya melakukan ultramarathon.
"Saya membuat komitmen untuk diri sendiri. Terlepas dari apa yang terjadi pada kegiatan itu, saya berlari 90 kilometer pada akhir pekan itu, di mana pun saya berada," katanya.
"Setelah sekitar sebulan berada di Bali dan menyaksikan kehancuran ekonomi karena kurangnya pariwisata akibat COVID-19, saya ingin mengubahnya menjadi penggalangan dana," ujar Jamin."Saya sudah mendapatkan perlakuan istimewa dan dilayani dengan sangat baik selama tinggal di sini," katanya menambahkan.
Jamin dan pelatihnya pun menyusun program latihan, memetakan rute yang akan ditempuh serta membentuk tim pendukung.
"Dua minggu sebelum saya berlari, kami menjalin kemitraan dengan Bali Children Foundation dan menetapkan target 9.000 (dolar) untuk 90 kilometer," jelasnya.
Karena jaraknya yang cukup jauh, tim mereka sudah bersiap sejak dinihari.
"Saya berangkat jam 03.30 pagi. Ada motor di depan dan di belakang saya. Setiap 5 kilometer ada mobil pendukung yang telah menyiapkan banyak makanan dan minuman," papar Jamin.
"Kalau tak salah saya makan 15 pisang, sekitar satu kilo selai kacang, 250 gram kurma, setengah kilo nasi, dan banyak kopi," katanya.
"Saya berhasil melintas dari satu sisi Bali ke sisi lainnya," ujar Jamin.
Dalam tempo tiga minggu sejak penggalangan dana, Jamin juga telah melampaui target dan berhasil mengumpulkan $10.000 (sekitar Rp 100 juta) untuk Bali Children Foundation.
Advertisement
Tinggalkan Kampung, Perluas Wawasan
Jamin Heppell dibesarkan di Leongatha, sebuah kota di negara bagian Victoria yang terletak di wilayah pesisir timur, sekitar 135 km dari kota Melbourne.
Keluarga Heppell memang terkenal di sana dengan kemampuan atletik mereka. Adik Jamin yang bernama Dyson, kini tercatat sebagai kapten Essendon Football Club, salah satu klub footy, sepakbola khas Australia.
"Saya hanya seorang pemuda kampung, suka footy [sepakbola gaya Australia], suka basket, dan mungkin satu dari sedikit orang yang menyukai sekolah," ujarnya.
Selain olahraga, Jamin mengaku juga menyukai kepemimpinan.
Ia punya pesan sederhana untuk anak-anak muda di kampungnya.
"Setelah pergi ke luar negeri saya menemukan betapa luas serta kayanya dunia ini dengan keanekaragaman budaya," katanya.Ia menyarankan agar anak-anak muda berani menjelajahi segala hal secara penuh.
"Tinggalkan lingkungan tempatmu tumbuh, perluas wawasan, lalu bawa kembali pelajaran berharga ke kampjng halamanmu sebagai inspirasi bagi generasi muda lainnya," ujar Jamin.