6 Pernyataan Anies Baswedan soal Perkembangan Terkini Covid-19 di Jakarta

Dalam satu minggu terakhir, Anies mengklaim pihaknya telah melakukan tes Corona Covid-19 kepada 39.268 orang.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 27 Jul 2020, 14:01 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi sambutan pada acara penyerahan bantuan masker, APD sepatu boot dan hand sanitizer di Balaikota Jakarta, Kamis (9/4/2020). Bantuan tersebut guna meringankan warga Jakarta selama masa pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan perkembangan terkini kasus Corona Covid-19 di Ibu Kota.

Salah satunya menurut Anies, saat ini pasar Tradisional di Jakarta sudah relatif aman dari penularan Corona Covid-19.

"Alhamdulillah, kalau kita lihat dua minggu terakhir ini, pasar sudah relatif aman," kata Anies di kawasan Bundaran HI, Minggu, 26 Juli 2020.

Selain itu, Anies menyebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus meningkatkan testing Corona Covid-19 di Ibu Kota.

Bahkan menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah meningkatkan tes empat kali lipat dari standar Organisasi kesehatan Dunia (WHO).

Dalam satu minggu terakhir, Anies mengklaim pihaknya telah melakukan tes Corona Covid-19 kepada 39.268 orang.

Berikut 6 pernyataan terkini Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait perkembangan Corona Covid-19 di Ibu Kota dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Minta Perusahaan Patuhi Protokol Kesehatan

Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta karyawan perkantoran yang sudah mulai bekerja dari kantor atau work from office (WFO), untuk melaporkan perusahaannya ke Dinas Tenaga Kerja bila tidak menerapkan protokol kesehatan ketat.

Pasalnya, kata Anies, saat ini ada klaster baru virus Corona Covid-19 di Ibu Kota, yakni klaster perkantoran.

"Laporin saja, kalau Anda bekerja di situ, tempat Anda bekerja tidak menaati protokol," ujar Anies Baswedan di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Minggu, 26 Juli 2020.

Anies menegaskan protokol kesehatan hukumnya wajib dilaksanakan, seperti menggunakan masker serta jaga jarak. Dengan demikian, dia meyakini dapat menekan penularan Covid-19 di tempat tertutup seperti kantor berpendingin (AC).

"Makanya pakai masker jaga jarak itu yang paling penting," tutur Anies Baswedan.

Selain itu, dia mengingatkan agar perusahaan memberlakukan kerja 50 persen dari rumah agar ada jarak antarkaryawan di kantor.

 


Pasar Tradisional Sudah Relatif Aman

Sejumlah pengunjung mengenakan masker saat berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020). Pasar Kebayoran Lama kembali buka setelah sebelumnya tutup selama tiga hari sejak 18 Juni 2020 akibat 14 pedagang positif COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Anies menyatakan, pasar Tradisional di Jakarta sudah relatif aman dari penularan Covid-19. Kesimpulan Anies tersebut berdasar pada data dua minggu terakhir.

"Alhamdulillah, kalau kita lihat dua minggu terakhir ini, pasar sudah relatif aman," kata Anies.

Meski sudah cukup aman, Anies menegaskan pihaknya akan tetap menutup pasar apabila ada pedagang yang terbukti positif corona.

"Kalau ada kasus akan langsung ditutup," ucap dia.

Selain itu, Mantan Mendikbud itu mengklaim penerapan protokol kesehatan di pasar juga sudah jauh lebih baik dari bulan lalu

"Sekarang sudah jauh lebih baik kira-kira sebulan yang lalu memang pasar itu masih menjadi suatu tempat, kalau sekarang pintunya satu dan pengawasan maskernya sekarang ketat juga," terang Anies.

 


Terus Tingkatkan Tes Corona Covid-19

Suasana tes swab Covid-19 kepada para pedagang di Pasar Sayur Cipulir, Jakarta Selatan, Kamis (25/6/2020). Kegiatan yang dilakukan kepada puluhan pedagang dan warga seputar pasar ini dalam rangka memutus mata rantai penyebaran penyakit corona. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Anies, Pemprov DKI terus meningkatkan testing Covid-19 di Ibukota. Saat ini jumlah tes corona perharinya di angka 3.000 hingga 5.000.

"Jadi range-nya itu sekitar 3.000-5.000 testing per hari tergantung kebutuhan. Pekan lalu saja dalam satu minggu itu dilakukan testing 37 ribu. Kalau 37 ribu dibagi 7 kira-kira sekitar 5 ribuan testing. Jadi kira-kira seperti itu. Jadi kami akan teruskan testing," ucap Anies.

Anies menyebut, tes dilakukan sesuai kebutuhan dan hasil tracing warga yang positif Covid-19.

"Tergantung pada kebutuhan. Karena kami itu cara mengetesnya, kalau misalnya si A positif, lalu di-trace selama dua minggu ini dia berkegiatan di mana saja dan dengan siapa saja, lalu orang-orang yang berkegiatan didatangi dan dites," ucap dia.

Dengan meningkatkan jumlah testing, Anies menyebut hal itu untuk menyelamatkan warga dari penularan virus mematikan tersebut.

"Saya ingin menggarisbawahi kepada semuanya, kami akan terus meningkatkan testingnya. Kami akan terus mencari mereka yang positif tanpa gejala supaya mereka diisolasi, supaya masyarakat kita bisa selamat," papar Anies.

 


Lakukan tes Bukan Hanya Untuk Temukan Kasus Positif

Petugas medis saat melakukan tes swab terhadap penumpang kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (27/4/2020). Pengetesan yang melibatkan 350 penumpang ini untuk memastikan ada atau tidaknya virus corona COVID-19 yang dibawa penumpang KRL. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Anies, Pemprov DKI tidak mau sekadar mengurangi angka kasus positif Covid-19. Menurutnya yang lebih penting adalah menemukan warga yang positif lewat tes.

"Kalau sekadar mau mengurangi kasus, kalau sekadar mengurangi kasus positif (harian), Pemprov DKI Jakarta mengurangi testing, langsung berkurang kasusnya. Iya kan? Kalau kita tidak bertanggung jawab, kita kurangi testing, langsung angka positif turun, langsung angka positif kelihatan rendah," kata Anies.

Meski dengan banyaknya tes angka positif akan terus bertambah, Anies menyebut pihaknya justru meningkatkan testing dengan demikian warga yang sakit dapat diisolasi.

"Tujuan kami justru menemukan yang positif, mengisolasi yang positif. Karena itu kami meningkatkan testing. Ketika meningkatkan testing, maka warga yang sudah terpapar jadi ditemukan, lalu angka positifnya tentu saja menjadi bertambah. Tapi angka positif bertambah itu dalam rangka menemukan orang yang positif supaya bisa diisolasi,” terangnya.

Oleh karena itu, Anies meminta warga tidak sekadar melihat tinggi kasus positif corona di Jakarta, sebaliknya makin banyak kasus ditemukan kasus positif, maka mengurangi masalah.

"Masyarakat jangan hanya melihat angka pertambahan kasus. Karena kalau melihat angka pertambahan kasus, kemudian dikesankan kalau kasusnya tambah berarti masalah. Kalau kita menemukan, berarti kita mengurangi masalah. Bayangkan kalau tidak menemukan, dia ke keluarganya, dia ke tempat kerjanya, dia tidak diisolasi, dia menularkan terus," ucap Anies Baswedan.

Dengan banyaknya testing maka Pemprov, menurut Anies sama saja meningatkan bahwa virus Corona masih menjadi wabah.

 


Klaim Tes Covid-19 di Jakarta Melebihi Standar WHO

Tenaga medis merapikan hasil rapid test pegawai Lapas Kemenkumham di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Tangerang, Banten, Sabtu (30/5/2020). Hasil rapid tes yang diikuti 87 pegawai termasuk Kepala Lapas menunjukkan seluruh pegawai negatif virus Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Anies menyatakan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah meningkatkan tes Corona Covid-19 empat kali lipat dari standar Organisasi kesehatan Dunia (WHO).

Dalam satu minggu terakhir, Anies mengklaim pihaknya telah melakukan tes kepada 39.268 orang.

Secara ekuivalen, setara dengan 3.688 orang per 1 juta penduduk dalam satu minggu. Sementara standar WHO adalah 1.000 per 1 juta penduduk dalam seminggu. Sehingga Jakarta ia anggap sudah melampaui jumlah standar tes tersebut.

"Alhamdulillah Jakarta sekarang telah melewati standar jumlah tes ini bahkan sudah melewati hampir 4 kali lipat standar WHO," kata Anies.

 


Angka Kasus Positif Naik

Petugas medis menata sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Anies mengaku senang angka kasus positif harian Corona Covid-19 di Jakarta naik. Hal ini lantaran menurutnya sesuai dengan tujuan dari Pemprov DKI Jakarta untuk menemukan kasus positif.

Bahkan, Anies menyebut sangat mudah jika hanya untuk menurunkan angka kasus positif dengan mengurangi jumlah tes sehingga pertambahannya akan terlihat rendah.

"Tapi bukan itu tujuan kami. Tujuan kami justru menemukan yang positif, mengisolasi yang positif. Karena itu kami meningkatkan testing," ucap Anies.

Ketika meningkatkan testing, kata Anies, maka warga yang sudah terpapar otomatis akan menambah jumlah angka positif.

Karenanya, Anies mengharapkan masyarakat jangan memandang sebagai masalah besar dengan terus bertambah kasusnya.

"Kalau kita menemukan, berarti kita mengurangi masalah. Bayangkan kalau tidak menemukan, dia ke keluarganya, dia ke tempat kerjanya, dia tidak diisolasi, dia menularkan terus," kata Anies yang dikutip dari Antara.

Anies menegaskan Pemprov DKI Jakarta akan terus menambah tes pengujian paparan COVID-19, menyusul masih adanya wabah tersebut, meski jumlah penambahan kasus pasti akan terus meningkat. Saat ini Pemprov melakukan pengetesan sebanyak 3.000 hingga 5.000 per hari.

"Yang harus kita lihat persentase positifnya (positivity rate). Berapa yang dites, berapa yang positif," ucap Anies Baswedan.

 


Meski Angka Positif Naik, Tetap Aman

Petugas medis mengambil sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Anies menilai, persentase positif itu akan disebut aman bila dia di bawah 5 persen, sementara di Jakarta saat ini angkanya 5,2 persen (berbahaya bila di atas 10 persen).

Dengan demikian, Anies menegaskan pihaknya tidak akan mengurangi jumlah tes Corona Covid-19 untuk memberikan kesan aman.

"Kami justru mau menambah testing supaya bisa menemukan yang positif yang sedang berada di luar, yang semula tidak tahu. Karena 66 persen dari yang ditemukan positif itu adalah tanpa gejala. Nah kalau orang tanpa gejala (OTG) tidak diketahui berbahaya. Kami akan terus mencari mereka yang positif tanpa gejala supaya mereka diisolasi, supaya masyarakat kita bisa selamat," tutur Anies.

Secara kumulatif, pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) sampai dengan 25 Juli 2020 sebanyak 517.465 sampel.

Pada 25 Juli 2020, dilakukan tes PCR pada 4.925 orang, 4.286 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 378 positif dan 3.908 negatif.

Selain itu, untuk rapid test, totalnya sebanyak 295.072 orang telah menjalani, dengan persentase reaktif COVID-19 sebesar 3,5 persen, dengan rincian 10.438 orang dinyatakan reaktif COVID-19 dan 284.634 orang dinyatakan non-reaktif.

Untuk kasus positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS atau dilakukan isolasi secara mandiri di rumah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya