Omzet Koperasi Pangan Masih Rendah, Menkop Ajak Mentan Cari Solusi

Distribusi omzet koperasi sektor pangan masih rendah yakni 7,27 persen atau Rp 154,718 triliun.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Jul 2020, 12:45 WIB
Peran negara, swasta, BUMN dan koperasi diperlukan untuk turut membangun kapasitas petani sehingga mendongkrak kesejahteraan petani

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan distribusi omzet koperasi sektor pangan masih rendah yakni 7,27 persen atau Rp 154,718 triliun. Oeh karena itu dirinya akan mengkonsolidasi koperasi dengan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).

“Ambisi Kami ingin ada koperasi yang benar-benar besar di sektor pangan dan ini bisa menjadi role model di kemudian hari, karena saya lihat kontribusi sektor pangan ke PDB ini cukup besar 13 persen,  penyerapan tenaga kerja 29,0 4 persen, jadi saya kira ini cukup besar apalagi saat ini FAO sudah mengingatkan kepada kita akan ada krisis pangan,” kata Teten dalam webinar, Senin (27/7/2020).

Lanjut Teten, rendahnya distribusi omzet koperasi sektor pangan disebabkan beberapa hal, yakni keterbatasan akses lahan pembiayaan dan pasar, rantai pasok yang terlalu rumit dan panjang mulai dari petani sampai ke konsumen.

“Kami mencatat ada 5-6 tahapan, oleh karena itu penting koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi hadir sebagai solusi melalui konsolidasi petani perorangan dalam koperasi konsolidasi lahan sempit, dan dalam  skala bisnis,” ujarnya.

Teten menambahkan, pihaknya memiliki rencana kerja 5-10 pilot project  dengan perhutani di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, yang saat ini dalam tahap mapping laha dan pembiayaan untuk mendorong dan percepatan koperasi pangan.

Ia mengatakan pihaknya telah mempelajari dan melakukan berbagai pertemuan dengan organisasi tani atau Gapoktan. Diperoleh hasil rata-rata Gapoktan tidak punya badan hukum dan sulit mengakses pembiayaan.

“Oleh karena itu kami sudah bicara juga dengan Menteri Pertanian, dan beberapa Gubernur Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, kami akan transformasi gapoktan-gapoktan dengan koperasi, lahan yang luas dan ekonomis, yang coba kita gabungkan antara perhutanan sosial dan gapoktan-gapoktan,” katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


4 Jenis Pembiayaan

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan ada lima skema perlindungan dan pemulihan KUMKM di tengah pandemi Covid-19.

Dirinya menyebut ada 4 jenis pembiayaan yang akan dilakukan, yakni pertama, modal kerja untuk petani anggota Koperasi untuk membeli bibit mengolah lahan; kedua modal investasi; ketiga, modal talangan.

“Ketika petani menjual produknya ke pasar, katakanlah ke food station ke Jakarta itu pembayarannya mundur antara 1 bulan atau 3 bulan sehingga petani perlu pembiayaan talangan,” ujarnya.

Keempat, modal bagi koperasi sebagai offtaker dan produk petani. Menurut Teten, yang berhadapan dengan market itu adalah koperasi bukan petani perorangan, sehingga petaninya terlindungi dan koperasi inilah yang menjadi pusat konsolidasi.

“Saya kira masalah di pertanian adalah di kelembagaan usaha taninya, sekarang ini para petani itu banyak petani perorangan dalam skala kecil, sehingga sulit untuk bisa melahirkan model bisnis yang efisien dan  konsisten termasuk pengembangan teknologi pangan pertanian, saat ini jumlah Koperasi di sektor pangan itu baru 11, 23 persen atau 123.048 unit koperasi,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya