Liputan6.com, Washington, D.C. - Pada 100 hari menjelang pilpres Amerika Serikat, berbagai lembaga survei memprediksi Presiden Donald Trump kalah. Kebanyakan survei bulan ini menyebut Joe Biden dari Partai Demokrat akan menang.
Berdasarkan data di RealClearPolitics, Senin (27/7/2020), ada delapan survei yang menyatakan Donald Trump akan kalah, mulai dari survei CNBC, Rasmussen, bahkan Fox News yang konservatif.
Baca Juga
Advertisement
Berikut datanya:
1. CBS News/YouGov: Joe Biden unggul 51 persen
2. Rasmussen Reports: Joe Biden unggul 47 persen
3. The Hill/HarrisX: Joe Biden unggul 45 persen
4. Fox News: Joe Biden unggul 49 persen
5. ABC News/Washington Post: Joe Biden unggul 54 persen
6. CNBC/Change Research: Joe Biden unggul 51 persen
7. Quinnipiac: Joe Biden unggul 52 persen
8. NBC News/Wall Street Journal: Joe Biden unggul 51 persen
Berdasarkan rata-rata, Joe Biden unggul 50 persen, sementara Donald Trump hanya mendapat 40,9 persen dukungan.
Donald Trump kalah telak di survei Quinnipiac, yakni kalah 15 persen dengan margin of error 2,8. Sementara, Joe Biden hanya menang tipis dari Trump pada survei Rasmussen, yakni unggul 2 persen dengan margin of error 2,0.
Sekadar catatan, Donald Trump juga kalah di survei-survei saat pilpres 2016. Sebelum pencoblosan, CBS menyebut Hillary Clinton akan menang dengan perolehan 45 persen dibanding Trump yang 41 persen.
Quinnipiac juga menyebut Hillary Clinton akan menang, begitu pula Fox News, ABC, NBC, dan The Washington Post.
Prediksi Rasmussen juga meleset, namun lembaga survei itu mengaku lebih akurat ketimbang yang lain, sebab dalam laporannya Hillary Clinton hanya unggul tipis, yakni 2 persen.
Kubu Donald Trump berkata didukung oleh "silent majority" pada pilpres 2020. Di lain pihak, kubu Joe Biden meminta agar pemilih tidak terlena dengan hasil survei dan tetap mencoblos.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ketua DPR AS Juluki Donald Trump Tukang Memperburuk Masalah
Di tengah pandemi Virus Corona COVID-19, Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi terus melancarkan serangan ke Presiden Donald Trump. Aksi saling ledek pun terjadi.
Presiden Trump diberikan julukan baru oleh Pelosi karena dianggap tak cakap mengurus dampak pandemi Virus Corona COVID-19. Julukan baru itu adalah Mr. Make Matters Worse (Tuan Memperburuk Masalah).
"Ia telah membuat masalah semakin buruk dari awal: menunda, mengelak, (berkata) ini hoaks, ini akan lenyap secara ajaib, ini adalah keajaiban, dan lainnya, dan kita berada di situasi ini," ujar Nancy Pelosi seperti dilansir The Hill, Senin 27 Juli 2020.
Nancy Pelosi juga mengkritik rencana pemerintahan Donald Trump yang ingin membuka kembali sekolah. Menurut Pelosi, sekolah butuh tambahan dana dulu agar ventilasi dan jaga jarak bisa diterapkan.
Pihak Gedung Putih ingin sekolah kembali buka pada tahun ajaran baru mendatang, sebab anak-anak dipercaya lebih kebal terhadap Virus Corona. Presiden Trump pernah berkata 99 persen kasus kematian tidak terjadi pada anak-anak.
Sebelumnya, Nancy Pelosi juga menjuluki Virus Corona sebagai Virus Trump. Pelosi berkata virus ini makin buruk karena Donald Trump ogah pakai masker.
Donald Trump lantas menyindir Pelosi yang sempat mengkritik kebijakan membatasi penerbangan dari China. Ia juga menyebut Pelosi sebagai "gila".
"Nancy Pelosi Gila berkata saya salah ketika saya mencekal orang-orang dari China yang terinfeksi agar tidak masuk AS di Januari. Puluhan ribu nyawa diselamatkan ketika ia menari di Jalan-jalan Chinatown (San Fransisco) pada akhir Februari," kata Trump via Twitter.
Ada 4,2 juta kasus Virus Corona di AS saat ini. Kasus tertinggi berada di California, yang merupakan negara bagian yang diwakili Nancy Pelosi di DPR.
Advertisement