Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapatkan informasi yang mengklaim gunung api di bawah laut menjadi penyebab Morowali sering diguncang gempa.
Klaim tersebut diunggah akun Facebook Andi Afdal, pada 17 Juni 2020. Berikut isinya:
Advertisement
"Kita berada di kaki kaki Gunung Api Purba yang berada di dasar laut kab. Morowali. Jadi pasti akan ada setiap tahun gempa yg berpusat di daerah kab. Morowali. Ini sudah diteliti sejak tahun 2013.
Ini salah satu contoh alat untuk mengetahui letak Gempa dan potensi Tsunami. Dan ada juga yg diletakkan di dasar laut. Berarti jika ada yg melihat seperti ini di laut, berarti di sekitar bawah laut, ada Gunung Api yg aktif👍"
Unggahan tersebut disertai dengan foto alat pendeteksi tsunami, yang diklaim sebagai tanda adanya gunung api di bawah laut.
Benarkah gunung api di bawah laut menjadi penyebab Morowali sering diguncang gempa? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim gunung api di bawah laut menjadi penyebab Morowali sering diguncang gempa, dengan menghubungi pihak Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami Badan Geologi Kementerian ESDM Ichi Sri Hidayati mengatakan, penyebab gempa di wilayah Morowali bukan disebabkan gunung api di bawah laut. Pasalnya, tidak ada jalur gunung api di bawah Morowali.
"Bukan karena gunung api. Jalur gunung api tidak lewat sana," kata Ichi, saat berbincang dengan Cek Fakta Liputan6.com.
Menurut Ichi, gempa di wilayah Morowali lebih bersumber dari pergeseran lempeng Sesar Matano dan sesar aktif lainnya.
"Wilayah Morowali dekat dengan Sesar Matano dan sesar aktif lain sebagai sumber gempa, sehingga sering terlanda gempa," jelasnya.
Ichi melanjutkan, berdasarkan peta geologi daerah Morowali dominan batuan pratersier dan sedimen, bukan batuan gunung api. Sehingga menandakan tidak ada gunung api yang lataknya berdekatan dengan Morowali.
Terkait dengan alat pendeteksi tsunami, yang diklaim sebagai tanda adanya gunung api di bawah laut. Ichi menjelaskan, alat pendeteksi tsunami bukan sebagai tanda adanya gunung api di bawah laut yang ada alat tersebut.
Dia melanjutkan, sumber pembangkit tsunami lebih sering dari gempa bumi, sedangkan tsunami yang disebabkan gunung api jarang terjadi.
"Jadi dipasang alat itu, mungkin bukan karena ada gunung api di sana," tuturnya.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, belum ada monitoring gunung api bawah laut, alat tersebut merupakan alat pendeteksi tsunami.
"Untuk tsunami saja itu," tegas Agung.
Advertisement
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim gunung api di bawah laut menjadi penyabab Morowali sering diguncang gempa tidak benar, gempa di wilayah tersebut lebih disebabkan Sesar Matano dan sesar aktif lainnya.
Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan, berdasarkan peta geologi di wilayah Morowali dominan batuan pratersier dan sedimen, bukan batuan gunung api. Hal ini menandakan letak gunung api jauh dari wilayah tersebut.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement