Liputan6.com, Jakarta - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melakukan survei kepada 2.068 nelayan di lima wilayah di Indonesia. Hasilnya menyebutkan penurunan penjualan tangkapan mencapai 21 persen, dan penurunan pendapatan nelayan hingga 90 persen.
Survei tersebut dilakukan mulai 14 Mei-14 Juni 2020, di lima wilayah di Indonesia di Medan, Semarang, Gresik, Lombok, dan Aceh. Dengan total sampel 2.068 responden (di dalamnya nelayan, pelaku usaha perikanan, pemilik kapal, dan lainnya).
Advertisement
“Kalau kita lihat dari hasil survei Gresik dan Aceh itu mengalami penurunan hasil tangkapan yang paling besar dibandingkan sebelum masa Covid-19,” kata Ketua Harian DPP KNTI Dani Setiawan, dalam Diskusi Publik Nasional tentang Pemulihan Ekonomi Nasional Nelayan, Senin (27/7/2020).
Penurunan ini bersifat variatif, disebabkan akses penjualan nelayan yang tertutup dampak Pembatasan Sosial Berkala Sosial (PSBB) dan lockdown lokal, masing-masing daerah yang berpengaruh terhadap turunnya permintaan ikan yang berkurang secara drastis di berbagai tempat.
“Harga ikan beberapa jenis yang mengalami penurunan kalau kita lihat ada lebih dari 50 persen atau 1000 responden mengalami penurunan pendapatan ketika krisis Covid-19,” katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perbandingan Penghasilan
Dani menjelaskan, berikut perbandingan pendapatan nelayan sebelum dan sesudah Covid-19, yakni Semarang 93 persen menjadi 80 persen, Medan 93 persen menjadi 80 persen, Gresik 92 persen menjadi 32 persen, Lombok Timur 92 persen menjadi 90 persen, dan Aceh 97 persen menjadi 52 persen.
Sehingga, sebagian besar responden menjual hasil tangkapan ke bakul. Sementara persentase terbesar tempat penjualan di Aceh dan Medan ke Taukeh, sedangkan Semarang dan Gresik ke Bakul, dan Lombok Timur menjualnya ke pasar.
KNTI mengusulkan kepada pemerintah agar mampu berperan sebagai fasilitator atau penghubung dalam menyerap hasil tangkapan nelayan melalui pengolahan ikan, startup, grosir dan sebagainya. Agar pendapatan nelayan bisa berangsur membaik.
Dani menambahkan, 51 persen nelayan belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, sedangkan 49 persen lainnya sudah menerima bantuan.
“Dari berbagai jenis bantuan sosial dan berbagai jenis bantuan lainnya, bantuan yang paling banyak diterima responden adalah subsidi listrik 40 persen, bantuan tunai dari presiden 32 persen, program keluarga harapan 21 persen, bansos kabupaten 20 persen, dan bansos dari pemerintah desa 12 persen,” pungkasnya.
Advertisement