Wall Street Melonjak, Saham Amazon dan Apple Jadi Pendorongnya

Sentimen lain yang mendorong kenaikan Wall Street adalah langkah pemerintah AS mengalokasikan tambahan USD 472 juta untuk penelitian vaksin Corona.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Jul 2020, 06:58 WIB
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penguatan ini seiring kenaikan yang dibukukan oleh saham-saham teknologi seperti Amazon dan Apple.

Saat ini, investor juga tengah bersiap-siap menghadapi minggu yang cukup sibuk karena beberapa perusahaan akan mengeluarkan laporan keuangan mereka.

Mengutip CNBC, Selasa (28/7/2020), indeks acuan utama di Wall Street yaitu Dow Jones Industrial Average naik 114,88 poin atau 0,4 persen menjadi 26.584,77. Untuk indeks S&P 500 ditutup 0,7 persen lebih tinggi ke level 3.239,41. Sedangkan Nasdaq Composite naik 1,7 persen menjadi 10.536,27.

Saham Apple naik 2,3 persen dan saham Amazon naik 1,5 persen. Kenaikan kedua saham teknologi ini terjadi setelah beberapa analis mendongkrak target harga mereka. Saham terkait teknologi lainnya, termasuk Facebook, Netflix dan Alphabet, juga diperdagangkan lebih tinggi.

Sentimen pasar juga mendorong kenaikan Wall Street setelah pemerintah AS mengalokasikan tambahan USD 472 juta untuk penelitian vaksin Corona. Alokasi dana tersebut diberikan kepada perusahaan Moderna. Sontak, saham perusahaan kesehatan tersebut melonjak 9,2 persen.

Kenaikan Wall Street juga terjadi karena lonjakan harga emas ke rekor tertinggi baru. Harga emas berjangka mencapai tertinggi intraday di USD 1.941,90 per ounce dan menetap 1,8 persen lebih tinggi pada USD 1.931,50 per ounce.

Kenaikan yang terjadi pada harga emas ini menempatkan logam mulia tersebut naik lebih dari 26 persen sepanjang tahun ini. Ini merupakan kecepatan kenaikan satu tahun terbesar sejak 2010.

"Emas mungkin memberi kita peringatan, tetapi pasar terus meroket lebih tinggi," kata JJ Kinahan, kepala strategi pasar di TD Ameritrade.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Paket Stimulus Corona

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Harapan pelaku pasar masih tinggi akan adanya paket stimulus lagi. Anggota parlemen AS memang tengah mencoba untuk mendorong paket stimulus lanjutan untuk penanganan Corona.

Pada Minggu kemarin, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan Partai Republik telah menyelesaikan draf proposal paket stimulus senilai USD 1 triliun. Mnuchin menambahkan dia berharap proposal tersebut dapat menemukan dukungan bipartisan.

Namun, Kepala Ekonom Jefferies Aneta Markowska memperingatkan bahwa masih ada kesenjangan yang lebar antara Partai Republik dan Demokrat, terutama pada tunjangan pengangguran dan bantuan pemerintah negara bagian dan lokal.

"Menutup kesenjangan mungkin akan memakan waktu lebih dari seminggu, yang berarti bahwa kesepakatan tidak mungkin tercapai sebelum 31 Juli." kata dia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya