Liputan6.com, Jakarta - Brynjar Karl Bigisson, seorang anak dengan autism di Islandia mencuri perhatian dunia dengan kreasi legonya yang luar biasa. Saat berumur 10 tahun, Brynjar membuat replika Titanic terbesar di dunia dengan lego.
Baca Juga
Advertisement
Brynjar memerlukan 56.000 buah lego dan menghabiskan lebih dari 700 jam (11 bulan) untuk menyelesaikan proyek tersebut.
"Lego telah menjadi bagian penting dalam hidup saya sejak usia yang sangat dini," kata Brynjar kepada Bored Panda.
"Karena kemampuan sosial dan komunikasi saya yang buruk, saya selalu sendirian, bermain sendiri, jadi lego adalah teman terbaik saya."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Awal mula kecintaannya pada lego
Kecintaannya kepada lego bermula ketika Brynjar berusia 9 tahun. Saat itu dia pergi mengunjungi LEGOLAND di Denmark.
"Saya melihat semua model lego berukuran besar untuk pertama kalinya dan saya benar-benar terpesona dengan ukuran dan struktur bangunan mereka," katanya.
“Ada satu kapal yang buat saya sangat terobsesi dan itu adalah Titanic. Saya telah mempelajari segala sesuatu yang perlu diketahui tentang kapal dan kemudian suatu hari saya mendapat ide bahwa saya ingin membangun replika. "
Advertisement
Dapat dukungan keluarga
Tentu saja di usianya yang masih sangat dini, Brynjar tak bisa melakukannya seorang diri. Dia pun dibantu oleh kakeknya untuk membuat gambar kerangka kapal Titanic dan ibunya yang membantu mengumpulkan dana untuk membeli puluhan ribu buah lego.
"Jelas, saya tidak akan membangun model sepanjang 7 meter (26 kaki) sendirian dan perlu meyakinkan beberapa orang penting dalam hidup saya untuk membantu saya," jelas Brynjar.
Habiskan waktu 11 bulan
Ibunya selalu membantu Brynjar membuat halaman crowdfunding, jadi ia bisa mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk membeli lego.
"saya ditawari ruang di gudang untuk membangun model dan saya datang setiap hari sepulang sekolah dan dibangun selama 3-4 jam selama 11 bulan sampai akhirnya saya menyelesaikan replika lego Titanic saya," lanjutnya.
Advertisement
Mengubah hidupnya
Sekarang Brynjar telah berumur 17 tahun dan mengatakan bahwa proyek itu telah mengubah hidupnya. Brynjar mengatakan dia merasa sangat bersyukur jika kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak dan orang tua yang sedang menjalani diagnosa autisme dan takut akan masa depan.